kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Survei Korn Ferry: Perlakukan calon karyawan dengan baik


Jumat, 19 Januari 2018 / 16:07 WIB
Survei Korn Ferry: Perlakukan calon karyawan dengan baik
ILUSTRASI. ilustrasi kesehatan karyawan, pekerja, tenaga kerja


Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan harus mmapu memberikan perlakuan yang bagus terhadap para calon karyawan saat melakukan proses rekrutmen. Sebab, delapan dari 10 atau 79% responden tidak menerima pekerjaan jika diperlakukan dengan buruk selama proses rekrutmen berlangsung.

Hal itu terungkap dari hasil survei yang diakukan divisi Futurestep dari Korn Ferry terhadap para profesional di seluruh Asia Pasifik.  Survei ini menjelaskan pengalaman kandidat selama proses rekrutmen menjadi hal yang sangat penting.

Survei yang dilakukan pada September hingga awal Oktober 2017 itu mengumpulkan 589 tanggapan. Dari hasil survei juga terungkap, lebih dari sepersepuluh (14%) yang akan tetap menjadi pelanggan sebuah perusahaan jika mereka memiliki pengalaman buruk sebagai seorang kandidat.

Di sisi lain, lebih dari setengah (51%) akan cenderung mengajak teman-teman dan anggota keluarga mereka untuk berhenti menjadi pelanggan. Sedangkan seperempat (27%) akan mempertimbangkan untuk menggunakan media sosial sebagai sarana membagikan pengalaman buruk mereka sebagai seorang kandidat suatu pekerjaan.

“Kegagalan menyajikan lingkungan yang efektif dan informatif selama proses perekrutan, bisnis atau perusahaan akan menjauhkan diri dari kandidat-kandidat terbaik, serta berpotensi kehilangan pelanggan setia,” ungkap Managing Director, APAC Regional Solutions, Futurestep, Pip Eastman, Jumat (19/1).

Menurut Pip Eastman, perusahaan yang terjebak kondisi itu akan kehilang uang dan waktu, dan kemungkinan kehilangan pendapatan karena kehilangan pelanggan.

Menurutnya, ada dua hal yang paling mengecewakan dalam proses rekrutmen karyawan. Salah satunya adalah 44% kandidat tidak menerima informasi lanjutan dari perekrut. Sementara hampir sepertiga (32%) mengaku kecewa terhadap sikap tidak sopan saat proses wawancara.

Di sisi lain, para responden sering mencari petunjuk dan dukungan dari para perekrut dan manajer selama proses perekrutan. Hampir 30% responden mengaku tidak percaya para perekrut memberikan bekal dan tips yang dibutuhkan untuk mendapatkan pekerjaan.

“Tidak ada alasan sama sekali bagi perekrut dan manajer untuk tidak menanggapi para kandidat, bahkan jika komunikasi tersebut berbentuk elektronik. Teknologi baru dan peralatan mempermudah tugas perekrutan tradisional, memberikan lebih banyak waktu bagi perekrut untuk melayani kandidat yang sesuai dan memberikan nasihat strategis kepada klien mereka,” jelas Pip Eastman.

Komunikasi dari mulut ke mulut juga merupakan faktor kunci dalam perekrutan, dimana hampir setiap responden (93%) mengaku melakukan riset online terlebih dahulu untuk mengumpulkan ulasan tentang bekerja di suatu perusahaan.

Taktik utama untuk menjaring kandidat adalah dengan mengadopsi strategi branding perekrut, yang dapat dihidupkan kembali dengan menggunakan platform digital perusahaan. Sementara itu bagi 33% responden, elemen yang paling penting bagi mereka di dalam situs web adalah melihat langsung melalui video.

Mereka juga bisa mengetahui studi kasus dari berbagai karyawan mengenai budaya perusahaan dan bagaimana rasanya bekerja di sana.

“Kebutuhan untuk menampilkan diri sebagai perekrut menjadi lebih penting lagi, dan dampaknya terhadap bagaimana perekrut berkomunikasi dan menjual cerita mereka kepada kandidat merupakan hal yang tidak bisa dianggap remeh,” jelas Neil Griffiths, Vice President, Global Brand, Marketing & Communication, Futurestep.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×