kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Telan Investasi Rp 33 Triliun, Proyek Hilirisasi DME Akan Rampung 30 Bulan


Senin, 24 Januari 2022 / 12:42 WIB
Telan Investasi Rp 33 Triliun, Proyek Hilirisasi DME Akan Rampung 30 Bulan
Pekerja dibantu alat berat memulai pembangunan proyek hilirisasi batubara menjadi Dimetil Eter (DME) di Kawasan Industri Tanjung Enim, Tanjung Lalang, Tanjung Agung, Muara Enim, Sumatera Selatan, Senin (24/1/2022).


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan groundbreaking terhadap proyek hilirisasi batubara menjadi dimethyl ether (DME) di Kawasan Industri Tanjung Enim, Muara Enim, Sumatra Selatan. Proyek tersebut digarap oleh PT Bukit Asam Tbk (PTBA) bersama dengan PT Pertamina dan Air Products & Chemicals Inc.

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan, investasi proyek hilirisasi batubara menjadi dimetil eter ini mencapai Rp 33 triliun. Pengerjaan untuk proyek tersebut diperkirakan memakan waktu selama 30 bulan.

“Seharusnya 36 bulan, tetapi kami rapat dengan Air Product, kami minta 30 bulan. Investasi ini full dari Amerika Serikat (AS), bukan dari Korea Selatan, bukan dari Jepang, bukan juga dari Tiongkok. Jadi sekaligus penyampaian bahwa tidak benar ada penyampaian negara kita ini hanya fokus investasi dengan satu negara,” terang Bahlil saat mendampingi Presiden untuk meresmikan peletakan tiang pancang proyek DME di Sumatra Selatan, Senin (24/1).

Bahlil menambahkan, investasi dari AS ini merupakan yang terbesar kedua setelah Freeport. Proyek tersebut akan menghasilkan lapangan pekerjaan 12.000 sampai 13.000 dari konstruksi yang dilakukan Air Products, kemudian sekitar 11.000 sampai 12.000 dilakukan di hilir oleh Pertamina.

Baca Juga: Sah! Investasi Terbesar Kedua dari Amerika setelah PT Freeport Resmi Masuk Indonesia

 

“Setelah berproduksi ada pekerjaan tetap 3.000 secara langsung, dan multiplier effect sebanyak tiga kali sampai empat kali lipat,” tegas dia.

Bahlil menambahkan, hasil output gasifikasi ini untuk mengurangi impor gas elpiji. Menurutnya impor gas elpiji rata-rata dalam 1 tahun mencapai 6 juta ton - 7 juta ton. Di dalam perhitungannya, setiap 1 juta ton hilirisasi, bisa melakukan efisiensi sekitar Rp 6 triliun - Rp 7 triliun dari subsidi.

“Jadi tidak ada alasan lagi untuk kita tidak mendukung program hilirisasi,” pungkas Bahlil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×