kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Usulan Aprindo untuk pemerintah demi kerek ritel


Selasa, 18 Juli 2017 / 09:45 WIB
Usulan Aprindo untuk pemerintah demi kerek ritel


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Pertumbuhan sektor ritel melemah. Sebagai gambaran saja, penjualan pada sektor ritel biasanya meningkat paling tidak 11%-12% setiap tahunnya. Namun, menurut data Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), tahun ini penjualan sektor ritel akan mengalami anomali dengan tumbuh hanya 5%-6%. Padahal, perkembangan sektor ritel sangat mempengaruhi perkembangan ekonomi secara keseluruhan.

Roy N Mandey, Ketua Umum Aprindo mengatakan, sebenarnya pada periode puasa dan Lebaran, jumlah kunjungan konsumen ke sektor ritel tidak berkurang. Namun yang turun adalah jumlah produk yang dibeli sebesar 30%-40% dibandingkan tahun lalu. Hal ini yang membuat kinerja penjualan selama puasa dan Lebaran tidak semoncer biasanya.

"Justru penjualan pas Lebaran agak menurun, memang secara kunjungan itu tidak menurun tetapi dari sisi basket size-nya turun," ujarnya saat ditemui KONTAN, di Kementerian Perdagangan, Senin (17/7).

Dirinya meminta pemerintah bergerak cepat untuk mengerek daya beli dengan melakukan beragam stimulus. Antara lain adalah menahan harga energi, mempercepat dana alokasi umum untuk mendukung produktivitas, membuka lapangan kerja baru dan menahan BI rate untuk menurunkan suku bunga pinjaman.

Bila hal tersebut sukses dilakukan pemerintah, maka daya beli akan membaik. Imbasnya tentu perekonomian berjalan lebih cepat, sebab mau tidak mau daya beli berkorelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Khusus untuk sektor ritel, hal ini akan mendongkrak penjualan usai tidak bisa memanfaatkan momentum puasa dan Lebaran.

"(Pemerintah) harus membuka lapangan kerja yang lebih banyak lagi atau mendorong investasi masuk. Supaya usia produktif memiliki gaji dan pendapatan yang seimbang untuk bisa dibelanjakan," lanjutnya.

Bonus demografis saat ini memang menjadi dua sisi mata uang. Di satu sisi, Indonesia diuntungkan dengan banyaknya usia produktif. Tetapi di sisi yang lain, usia produktif tersebut tidak mendapatkan gaji yang layak sehingga tidak bisa membelanjakan uangnya dengan baik. Alhasil, dampaknya paling terasa dialami oleh peritel yang penjualannya terus lesu sejak dua tahun terakhir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×