kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Voksel mengejar pasar free market


Sabtu, 20 Desember 2014 / 12:01 WIB
Voksel mengejar pasar free market
ILUSTRASI. 5 Manfaat Mandi Oatmeal untuk Kecantikan Kulit.


Reporter: Francisca Bertha Vistika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Produsen kabel PT Voksel Electric Tbk siap bekerja lebih keras sepanjang tahun depan. Perusahaan itu berambisi mencatatkan penjualan Rp 2,5 triliun. Target penjualan itu sebenarnya kurang lebih sama dengan capaian penjualan tahun 2013. Namun, meningkat dibandingkan dengan proyeksi penjualan sepanjang 2014. Tahun ini, perusahaan berkode VOKS di Bursa Efek Indonesia itu menaksir hanya mencatatkan penjualan Rp 2 triliun karena terganjal situasi politik berupa pemilu.

Tak ingin mengulang penurunan penjualan, Voksel pun pasang strategi lebih jitu. Paling tidak ada dua strategi utama tahun depan. Pertama, memperbesar volume produksi dengan meningkatkan utilisasi mesin produksi. Impian perusahaan itu memiliki utilisasi produksi hingga 90% dari total kapasitas produksi mesin.

Perlu Anda ketahui, Voksel memproduksi tiga jenis kabel yakni kabel serat optik, kabel aluminium dan kabel tembaga. "Sekarang ini utilisasi kami sekitar 65%. Dengan meningkatkan performa mesin, kami berharap tingkat utilisasi mesin bisa mencapai 90%," kata Yogiawan, Deputy Director and Corporate Secretary Voksel Indonesia, Jumat (19/12). Catatan terkini perusahaan itu, kapasitas produksi kabel aluminium 68.400 ton per tahun, sedang untuk kabel tembaga 168.000 ton per tahun. Lalu, kapasitas produksi kabel serat optik 1,8 juta Fkm. Voksel mengandalkan pabrik di Cileungsi, Bogor untuk memproduksi aneka kabel itu. Perusahaan itu mengoperasikan pabrik Cileungsi sejak tahun 2004, setelah sebelumnya mengoperasikan pabrik di Cakung, Jakarta Timur. Kedua, mengembangkan pasar free market. Sebagai informasi, free market adalah istilah yang dipakai Voksel untuk menandai pasar kabel swasta, semisal kabel yang digunakan untuk kebutuhan perumahan dan industri. Saat ini porsi kontribusi free market terhadap total penjualan Voksel baru sekitar 10%. Manajemen perusahaan itu optimistis ceruk pasar free market masih besar. Dus, target perusahaan itu, tahun depan pasar free market bisa menyumbang 20%-25% terhadap total pendapatan. Ketiga, mengincar proyek kabel pemerintah. Meski menggenjot free market, Voksel tidak berencana melupakan pasar kabel ke pemerintahan, yang notabene kontributor terbesarnya. Paling tidak ada dua perusahaan BUMN yang menjadi klien besar Voksel yakni PT PLN dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom). Sejauh ini penjualan ke PLN berkontribusi 38%-40% terhadap total penjualan Voksel. Sementara penjualan ke Telkom menyumbang 17% terhadap penjualan Voksel. Nah, tahun depan, Voksel memperkirakan peluang menjual kabel ke pemerintah lebih menggiurkan seiring rencana pemerintah mengembangkan sektor infrastruktur dan maritim. Salah satunya, rencana pemerintah membangun pembangkit listrik hingga 35.000 mega watt (MW). "Dari awal berdiri, kami fokus mendukung pemerintah dalam menyediakan kabel," kata Kumhal Djamil, President Director Voksel Electric. Alokasi belanja modal Di sisi lain, rencana penetrasi pasar di dalam negeri itu berimbas pada target kinerja penjualan ekspor. Tahun depan, Voksel justru berencana menurunkan porsi penjualan ekspor dari semula 18% menjadi 10%. "Bukan artinya penjualan turun tapi kami fokus di kebutuhan pasar domestik," kata Yogiawan . Manajemen perusahaan itu mengaku saat ini tengah bernegosiasi dengan pelanggan di Irak. Kalau tak meleset, realisasi ekspor senilai US$ 10 juta - US$ 12 juta ke negara beribukota Bagdad itu akan terjadi di semester I-2014. Untuk mendukung aneka ekspansi tahun depan, Voksel mengalokasikan belanja modal US$ 1,5 juta. Duit itu untuk meningkatkan performa mesin produksi. Selain Irak, pasar ekspor lain seperti Brunei Darussalam, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Srilangka, Hong Kong dan India.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×