Warga Jakarta habiskan 400 jam dari rumah-kantor

Senin, 09 Februari 2015 | 14:27 WIB Sumber: Kompas.com
Warga Jakarta habiskan 400 jam dari rumah-kantor

ILUSTRASI. Aktivitas pekerja pertambangan batubara PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN).


JAKARTA. Hasil riset terbaru dari Institute Transportation and Development Policy (ITDP) menyebutkan, dalam setahun setiap warga yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya menghabiskan waktu 400 jam hanya untuk pulang pergi dari rumah ke kantor. Adapun waktu tempuh yang dihabiskan untuk satu kali perjalanan adalah sekitar dua jam.

Direktur ITDP Indonesia Yoga Adiwinarto mengatakan, sampai saat ini warga belum memiliki solusi untuk memangkas waktu tempuh tersebut. Sebab, layanan angkutan umum yang tersedia belum sepenuhnya bisa diandalkan karena acapkali ikut terlibat dalam kemacetan itu sendiri.

"Menghabiskan waktu di jalan selama hampir dua jam, meskipun dengan angkutan umum tentu tidaklah efisien. Untuk meningkatkan kualitas hidup warga dan juga meningkatkan produktivitas kota, waktu tempuh dalam setiap perjalanan harusnya hanya 15 menit," kata Yoga melalui keterangan tertulisnya, Senin (9/2).

Yoga mengatakan, untuk mencapai mobilitas yang lebih efisien sebenarnya tidak cukup hanya dengan melakukan pembenahan terhadap angkutan umum. Sebab hal itu harus dibarengi pula dengan penyediaan hunian di tengah kota.

Menurut dia, menyediakan apartemen murah dan rumah susun di pusat kota harus menjadi arah kebijakan perumahan di Jakarta. Area seperti Kebon Kacang, Kampung Bali, Tanah Abang, Setiabudi dan juga Karet harus segera dijadikan lokasi baru untuk pengembangan apartemen murah dan rumah susun bagi kaum pekerja.

"Pencapaian kualitas hidup di pinggir kota bisa jadi sudah tidak sepadan lagi dengan lamanya waktu yang kita habiskan di jalan, dan juga minimnya waktu yang kita habiskan dengan keluarga dan anak-anak di rumah," papar Yoga.

Menurut Yoga, arah pengembangan hunian yang  berorientasi pada TOD (transit oriented development) juga merupakan suatu keharusan. Hunian-hunian baru di tengah kota harus memiliki tata-guna lahan campuran (mixed-use), yang dapat digabungkan dengan pertokoan, kantor maupun pasar dan supermarket.

Dan yang tak kalah penting, lanjutnya, hunian-hunian tersebut harus ramah bagi pejalan kaki dan galak terhadap pengguna kendaraan pribadi. Caranya adalah dengan meniadakan parkir dan juga akses kendaraan pribadi. Hal itu untuk mendorong para penghuninya berjalan kaki, menggunakan sepeda, atau angkutan umum untuk beraktivitas.  

"Sudah saatnya kita mendefinisikan ulang Jakarta apakah sebagai kota yang hanya menjadi tempat kita bekerja dan mencari uang, atau menjadi kota yang juga nyaman untuk kita huni," pungkasnya. (Alsadad Rudi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Terbaru