kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

AB2TI: Impor beras untuk sementara cukup


Kamis, 20 September 2018 / 14:36 WIB
AB2TI: Impor beras untuk sementara cukup
ILUSTRASI. STOK BERAS BULOG


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) mengatakan, impor beras untuk sementara ini sudah cukup. Ini mengingat stok akhir beras di Perum Bulog yang diperkirakan sudah cukup hingga masa panen berikutnya.

Berdasarkan penuturan Direktur Utama Bulog Budi Waseso, saat ini Bulog sudah memiliki stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) sebesar 2,4 juta ton. Dia memperkirakan, hingga akhir tahun Bulog akan memiliki stok beras sebanyak 3 juta ton, mengingat masih ada tambahan beras impor sebesar 400.000 ton, dan serapan dari dalam negeri terus berjalan.

Ketua AB2TI Dwi Andreas mengatakan, bila serapan beras Bulog dan pemakaiannya normal, maka stok akhirnya bisa mencapai 3 juta ton.

"Kecuali kalau kondisinya tidak normal, dimana ada kebutuhan beras yang besar pada Oktober hingga Desember karena stok beras di masyarakat sedikit, mungkin diperkirakan stok beras 1,5 juta dan 2 juta ton. Menurut saya, ending stok minimum yang dipertahankan sebesar 2 juta ton," ujar Dwi kepada Kontan.co.id, Kamis (20/9).

Untuk tahun berikutnya, Dwi bilang, keputusan impor harus melihat kondisi musim tanam ke depan. Apalagi, BMKG memperkirakan musim hujan mengalami kemunduran. Pasalnya, bila musim hujan mundur, maka masa panen bisa dimulai pada Maret, sementara bila masa hujan normal, panen bisa dimulai pada Februari.

"Kalau betul seperti yang dilansir BMKG musim hujannya mundur, kalau mundur satu bulan, berarti ada tambahan stok ke masyarakat 2,5 juta ton," tutur Dwi.

Menurut Dwi, impor ini memang akan selalu merugikan petani. Namun, dia berpendapat masalah impor ini tak perlu menjadi sebuah perdebatan. Mengingat ada hal penting lain yang harus dijadikan pertimbangan.

"Kita juga perlu melihat situasi, dalam arti ketika pangan itu betul-betul tidak mencukupi dan harga melonjak tinggi, petani juga diruggikan, apalagi di musim tertentu seperti Oktober, petani menjadi konsumer beras. Tak hanya itu, harga beras tak terkendali dengan baik bisa meningkatkan biaya usaha tani," jelas Dwi.

Karena itu, untuk tak merugikan petani, Dwi berharap beras yang diimpor saat ini tak digelontorkan lewat Operasi Pasar hingga Oktober, karena hingga September ini, masih ada petani yang panen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×