kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Apkindo akan dorong reformasi pola bisnis kayu lapis


Selasa, 27 November 2018 / 21:55 WIB
Apkindo akan dorong reformasi pola bisnis kayu lapis
ILUSTRASI. Munas Apkindo


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaku usaha industri kayu lapis akan melakukan sejumlah perubahan seturut dengan perubahan bisnis dan ketersediaan stok kayu di Indonesia. Bila sebelumnya sebagian besar ekspor kayu masih berasal dari kayu alam, kini harus berganti menggunakan kayu tanaman, terutama kayu sengon. Demikian juga pola berbisnis, dari skala besar menjadi skala kecil dan menengah yang dinilai lebih fleksibel.

Perubahan pola bisnis ini digagas Ketua Umum Asosiasi Panel Kayu Indonesia (Apkindo) Bambang Soepjianto pasca terpilih sebagi Ketua Umum Apkindo periode 2018-2013 dalam Musyawarah Nasional VIII di Jakarta, Selasa (27/11). Ia mengatakan, sebagai Ketua Umum Apkindo yang baru, akan mendorong agar industri kayu lapis bisa kembali ke masa keemasan di tahun 1980 an. "Saat ini merupakan momentum mengembalikan masa kejayaan indsutri kayu lapis,"ujarnya usai terpilih.

Bambang menyatakan, kebutuhan kayu lapis di pasar global akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang. Pasalnya, kayu lapis merupakan produk ramah lingkungan yang berasal dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Untuk itu, industri kayu dalam negeri harus melakukan perubahan dengan lebih banyak mengandalkan kayu tanaman, utamanya kayu sengon.

Ia berjanji akan mendorong reformasi bisnis kayu dari skala besar ke industri skala kecil dan menengah. Kemudian, mendorong perubahan mesin produksi dari rotary spindle besar ke rotary tanpa spindle (spindleless) dan perubahan jenis produk dari raw plywood ke special itme (kualitaa tinggi)."Kita juga perlu untuk membuka pasar baru selain menjaga pasar yang sudah ada saat ini di Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa, " janjinya.

Untuk menggairahkan industri kayu lapis, Bambang berjanji akan memperkuat komunikasi dengan pemerintah. Sementara organisasi Apkindo juga akan diperkuat dengan melakukan pembenahan internal.

Tahun ini ekspor produk kayu lapis diperkirakan sekitar 3 juta meter kubik atau m3 dengan nilai sekitar US$ 1,9 miliar. Jika dibandingkan dengan masa keemasannya 20 tahun lalu, catatan tersebut turun 45% dari sisi nilai dan turun 63% dari sisi volume.

Penyebabnya adalah daya saing yang melorot akibat kenaikan biaya produksi. Ditambah lagi, industri kayu lapis harus menambah lebih dari 50% ekstra modal kerja akibat harus menanggung PPN atas kayu bulat yang proses restitusinya sulit dan lama sehingga mengganggu cash flow perusahaan. Persoalan lainnya adalah mesin produksi yang kebanyakan sudah tua sehingga tidak efisien.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×