kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Aprindo nilai kondusivitas politik pengaruhi prospek penjualan ritel


Jumat, 14 Juni 2019 / 16:18 WIB
Aprindo nilai kondusivitas politik pengaruhi prospek penjualan ritel


Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penjualan eceran sepanjang April 2019 tumbuh lebih lambat dibandingkan bulan sebelumnya. Bank Indonesia (BI) mencatat, Indeks Penjualan Riil (IPR) hanya tumbuh 6,7% secara tahunan (yoy), turun dibandingkan 10,1% yoy pada Maret lalu.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta mengatakan, penjualan eceran atau ritel sepanjang paruh pertama tahun ini secara keseluruhan sebenarnya cukup bagus. Sentimen momentum Ramadan dan Lebaran masih menjadi penyokong bagi penjualan ritel di semester pertama ini.

Kendati begitu, Tutum berharap kondisi politik terkait pemilihan umum (pemilu) segera tuntas terselesaikan. Pasalnya, persoalan pemilu menghambat kinerja penjualan ritel tumbuh maksimal.

“Demo-demo pemilu ini, misalnya. Ini juga membuat investor enggan berinvestasi yang berpengaruh ke sektor ritel secara indirect (tidak langsung). Pemilu diharapkan selesai supaya konsentrasi dagang lagi,” ujar Tutum, Jumat (14/6).

Penjualan ritel di semeter kedua mendatang, menurut Tutum, perlu kerja ekstra. Sebab, kondisi perekonomian juga sedang diselimuti sentimen buruk global seperti di antaranya perang dagang.

Perang dagang yang berkelanjutan, lanjutnya, akan menekan kinerja ekspor komoditas dalam negeri. Penurunan ekspor nantinya bakal berdampak ke masyarakat sehingga memengaruhi daya beli, yang kemudian mengurangi potensi penjualan dan menekan omzet.

Adapun, Tutum menilai, kelompok ritel yang masih akan tumbuh kuat penjualannya utamanya ialah sektor makanan. Di luar sektor itu, ia memandang prospek penjualan ritel akan cenderung moderat.

Diskon penjualan yang umumnya menjadi strategi pengusaha ritel, menurutnya, mungkin saja diberikan untuk membangkitkan gairah dan daya beli. “Tapi kalau kita punya setengah keranjang dan yang ‘makan’ segitu-gitu saja, kan diskon pun percuma. Diskon hanya untuk menggairahkan kelompok tertentu, yang punya uang misalnya,” tutur dia.

Meski begitu, Tutum tetap berharap kinerja penjualan ritel di semester kedua positif. Hanya saja, ia tak memproyeksi berapa kira-kira potensi pertumbuhan penjualan secara keseluruhan sepanjang tahun. “Saya hanya bisa harap semua berjalan baik,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×