kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Arphuin: Banyak alasan kenaikan harga daging ayam


Rabu, 06 Juni 2018 / 19:52 WIB
Arphuin: Banyak alasan kenaikan harga daging ayam
ILUSTRASI. Penjualan daging ayam


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga pakan ternak dirasa bukan jadi alasan utama kenaikan harga daging ayam di pasaran. Masih ada banyak alasan lain seperti tingginya minat beli, majunya lebaran dan perubahan cuaca mempengaruhi stok ayam.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Rumah Potong Hewan Unggas Indonesia (Arphuin) Tri Kisowo menjelaskan, jelang lebaran dan puasa, libur anak sekolah dan natal, permintaan akan meningkat sampai 25%, jadi otomatis dengan permintaan meningkat maka akan menaikkan harga.

Tak hanya itu, dibandingkan tahun lalu, lebaran semakin maju sehingga kesediaan ayam menjadi lebih diburu-buru dibanding tahun lalu. Apalagi, perubahan cuaca dari fase musim hujan ke panas juga mempengaruhi kesehatan ayam yang kini tidak boleh disuntik hormon Antibiotic Growth Promoter (AGP) sejak awal tahun 2018.

"Yang biasanya bisa dipanen umur 30 hari, sekarang telat menjadi 35 hari, kalau sebulan telat 5 hari artinya sudah mundur sampai 15%,"jelas Tri, saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (6/6).

Ada juga yang jadi kendala adalah efek dari pengurangan produksi Day Old Chicken (DOC) yang ditekankan oleh pemerintah hingga akhir 2017 akhirnya berimbas pada periode ini.

"Bahkan sejak Februari dan Maret kemarin sudah mulai berkurang, tapi belum diiringi dengan permintaan yang naik seperti ini," jelas Tri.

Satu lagi alasan yang bisa menaikkan harga ayam, jelas Tri, adalah jelang lebaran, masing-masing rantai suplai industri ayam biasanya menaikkan tarif untuk mengejar THR. Tri memperkirakan terdapat setidaknya 6-7 rantai sebelum ayam tersebut tiba di pasar yang masing-masing dikenai biaya tambahan.

Sedangkan terkait pakan, Tri melihat kenaikan dollar memang cukup mempengaruhi industri sumber makanan ayam yang mayoritas berasal dari impor. Namun ia meyakini hal tersebut hanyalah siklus sementara yang bisa segera diatasi.

Apalagi menurut Tri, kini harga ayam ras di tingkat peternak sudah turun menjadi Rp 19.000 per kg di Jawa Barat dan Rp 20.000 per kg di Jawa Tengah. Sedangkan untuk luar pulau Jawa, ia memperkirakan adanya selisih tambahan sebesar Rp 500 - Rp 1.000 rupiah per kg.

Asal tahu, mengutip pemberitaan Kontan sebelumnya, harga pakan ternak kini berkisar di Rp 7.600 per kilogram, dari posisi sebelumnya di Rp 5.600 per kg. Sedangkan harga kedelai yang jadi komoditas utama pakan ternak, di bursa internasional kini berada di US$ 1.005 per gantang, alias naik 4,5% dari year to date.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×