kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

AS blokir sawit dari perusahaan Malaysia, DMSI: Satu peringatan buat Indonesia


Minggu, 04 Oktober 2020 / 17:22 WIB
AS blokir sawit dari perusahaan Malaysia, DMSI: Satu peringatan buat Indonesia
ILUSTRASI. Kelapa sawit. ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/agr/foc.


Reporter: Abdul Basith Bardan | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) menanggapi tindakan Amerika Serikat yang memblokir minyak sawit dari salah satu perusahaan Malaysia.

Tindakan tersebut diambil AS set lah melakukan investigasi dan menyatakan perusahaan tersebut melakukan kerja paksa kepada karyawan. DMSI menilai hal itu harus menjadi perhatian bagi perusahaan Indonesia.

"Jadi ini merupakan satu peringatan juga buat kita, buat perusahaan untuk memerhatikan keadaan lingkungan sendiri agar tidak terjadi hal yang disebutkan itu," ujar Ketua DMSI Derom Bangun saat dihubungi Kontan.co.id akhir pekan lalu.

Derom bilang AS selaku pembeli memiliki persyaratan bagi perusahaan yang masuk ke negaranya. Salah satunya adalah berkaitan dengan lingkungan dan Hak Asasi Manusia (HAM).

Baca Juga: Simak prospek saham perkebunan usai AS melarang impor CPO dari perusahaan Malaysia

Permintaan tersebut harus menjadi perhatian mengingat memiliki dampak yang luas. Meski pun saat ini Indonesia telah melakukan upaya memberikan keyakinan terkait kualitas lingkungan dan tenaga kerja sawit di Indonesia.

Saat ini Indonesia telah mendorong kualitas dari Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) untuk memberikan jaminan tersebut. Termasuk juga menghadapi tuduhan negatif terhadap industri sawit.

"Kita mengarah kepada Sustainable Development Goals (SDGs), itu merupakan acuan. Walau pun belum satu per satu tertuang dalam ISPO," terang Derom.

Selain menjadi peringatan, Derom bilang masalah pemblokiran akan membuka pasar bagi industri sawit secara terbuka. Hal itu mengingat importir perusahaan yang diblokir tetap membutuhkan bahan baku.

"Jadi itu tentu merupakan peluang tidak hanya Indonesia tapi kalau ada suplier dari Amerika latin tentu itu semuanya terbuka," jelas Derom.

Selanjutnya: Larangan impor CPO, Bea Cukai AS kembali incar perusahaan Malaysia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×