kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Asosiasi batubara minta impor ke China kembali dibuka


Rabu, 12 Desember 2018 / 20:50 WIB
Asosiasi batubara minta impor ke China kembali dibuka
ILUSTRASI. Batubara


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) telah menyampaikan permintaan kepada otoritas China untuk bisa kembali membuka impor batubara dari Indonesia. Hal itu dilakukan mengingat pembatasan impor yang mengakibatkan penurunan permintaan dari China berdampak pada tren penurunan harga batubara di Indonesia.

Permintaan itu disampaikan Hendra saat menjadi pembicara di China Coal Summit di Qinghuangdao-China, pada 6 Desember 2018. Namun, Hendra bilang, pihaknya belum mendapatkan kepastian soal respon dari otoritas negeri tirai bambu itu.

"Kita telah sampaikan, ya kita menghimbau supaya pemerintah Tiongkok memberikan prioritas, dalam tanda kutip, bagi impor dari Indonesia," kata Hendra saat ditemui di kawasan Senayan, Jakarta, Rabu (12/12).

Namun, Hendra masih belum mendapatkan kepastian bagaimana respon dari otoritas China terhadap permintaan tersebut. Sebab, menurut Hendra, kebijakan dari otoritas China sulit untuk diprediksi. "Belum tahu responnya. Melihat kebijakan pemerintah Tiongkok selama ini, belum ada yang bisa prediksi ke depannya seperti apa," ujarnya.

Dari informasi yang diperoleh Hendra, kebijakan pembatasan impor batubara ini sejatinya bukan merupakan regulasi resmi tertulis dari pemerintah China. Melainkan hanya semacam instruksi untuk menahan laju impor pada sejumlah pelabuhan ekspor-impor batubara yang ada di sana.

Hendra bilang, ada berbagai macam alasan mengapa otoritas China menerapkan instruksi tersebut. Antara lain karena China mempunyai kuota impor batubara tahunan yang diimplementasikan sangat ketat, serta ingin menjamin bauran energi untuk tidak terlalu tergantung pada sumber energi yang tidak dapat diperbarui.

"Selain itu juga mereka ingin batubara domestik-nya bisa hidup, karena belum maksimal. Seperti karena faktor railway, dan sekarang mereka sedang benahi transportasinya," ujar Hendra.

Faktor China ini memang dominandalam menyetir harga batubara Indonesia. Buktinya, tren penurunan Harga Batubara Acuan (HBA) yang terjadi selama empat bulan belakangan ini disebabkan oleh pembatasan impor dan penurunan permintaan dari negeri tirai bambu itu.

Asal tahu saja, HBA terus mengalami penurunan. Dari bulan Agustus senilai US$ 107,83 per ton, kemudian pda September turun menjadi US$ 104,81 per ton, Oktober US$ 100,89 per ton, November US$ 97,90 per ton, dan HBA Desember yang dipatok sebesar US$ 92,51 per ton.

Menurut Hendra, hampir separuh impor batubara China, terutama yang berkalori rendah atau 4.200 ke bawah, berasal dari Indonesia. Sedangkan dari total ekspor batubara Indonesia, 33% ditujukan ke China.

Hanya saja, Hendra belum bisa memastikan bagaimana cara perusahaan batubara untuk mengantisipasi dampak China terhadap kinerja produksi dan penjualan tahun 2019 mendatang. Yang jelas, perusahaan pun masih menyusun strategi, termasuk menunggu evaluasi dari realisasi kewajiban market domestic obligation (DMO). 

Namun, untuk Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB), memang tengah dalam pembahsan dengan pemerintah. "Terus terang kita belum bisa memetakan strategi perusahaan-perusahan dalam melihat pasar di tahun depan, karena mencari alternatif pasar pun nggak mudah," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×