kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Asosiasi: Pengembangan ban pesawat perlu dikawal


Jumat, 06 Oktober 2017 / 17:02 WIB
Asosiasi: Pengembangan ban pesawat perlu dikawal


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) akan mengembangkan retread tire atau ban vulkanisir pesawat. Selama ini produsen dalam negeri yang hanya bisa mengimpor akhirnya bisa memproduksinya sendiri.

Direktur Pusat Teknologi Materia, Asep Riswoko, Badan Pengajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengatakan, mengembangkan retread ban pesawat untuk ban tipe Cessna dan twin Otter nantinya akan diproduksi oleh PT Ciharas Avia Retread. Sedangkan tipe untuk pesawat Boeing oleh PT Rubberman Tire Aviation.

Menurut, Aziz Pane, Ketua Asosiasi Pengusaha Ban Indonesia (APBI) pengembangan tersebut sudah lama sejak dahulu dilakukan lewat PT Indonesian Tire & Rubber Work Ltd. (PT Intirub) yang semula bernama NV (Naamlaze Venootschap). Sebelum tutup dulunya pabrik ban dan karet Indonesia ini adalah suatu perusahaan milik pemerintah.

Pada 1983, sempat ada kontrak antara PT Intirub dengan Uniroyal Goodrich, sebuah perusahaan ban asal Amerika Serikat. Sayangnya Aziz yang mengaku sempat menjadi Direkur di Intirub menyatakan ada kesulitan modal investasi. "Alat uji ban itu mahal sekali. Jadi pemerintah perlu hati-hati dalam pengembangannya," kata Aziz.

Selain itu ban vulkanisir pesawat harus lolos uji dari perusahaan pesawat seperti Boeing, Airbus dan lainnya. Minimal harus ada sertifikasi dari asosiasi pesawat Amerika. "Investasi sertifikasi itu juga besar dananya," katanya.

Oleh karena itu menurutnya perlu ada kewaspadaan agar keamanan terjaga. Terlebih pemilihan investor asing pun harus jelas supaya tak gagal kembali. “Investor tersebut harus pernah mengembangkan ban pesawat, misalnya dari negara Kanada, Amerika Serikat, Belarus, Brazil,” katanya.

Sementara itu, dari catatan Kementerian Perindustrian, Indonesia merupakan salah satu negara utama penghasil karet alam dengan produksi melebihi tiga juta ton per tahun. Produksi karet alam nasional masih dapat ditingkatkan, mengingat potensi lahan yang ada mencapai 3,5 juta hektare (ha).

Menurut Sekjen Kementerian Perindustrian, Haris Munandar, karet adalah salah satu komoditi hasil perkebunan yang memiliki peran cukup strategis dalam kegiatan perekonomian Indonesia. Apalagi, konsumsi karet alam yang saat ini berkisar 580.000 ton per tahun, juga masih berpeluang untuk terus ditingkatkan.

Untuk itu, upaya yang perlu dilakukan antara lain dengan intensifikasi maupun ekstensifikasi eskpor barang karet serta menciptakan cabang-cabang industri baru seperti industri ban pesawat dan vulkanisir pesawat terbang yang dapat menyerap karet alam cukup banyak dan menghasilkan devisa nasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×