kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Begini strategi Kemtan mencapai target produksi gula 3 juta ton pada 2024


Jumat, 17 Mei 2019 / 15:18 WIB
Begini strategi Kemtan mencapai target produksi gula 3 juta ton pada 2024


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kemtan) menargetkan produksi gula mencapai 3 juta ton pada 2024. Target tersebut meningkat 33,33% dibandingkan proyeksi  tahun 2019 ini yang ditargetkan mencapai 2,25 juta ton.

Target kenaikan ini sejalan dengan kebutuhan glua pada 2024 yang diperkirakan mencapai 3 juta ton. Sementara proyeksi kebutuhan gula konsumsi tahun ini sebesar 280.000 ton.

Direktur Tanaman Semusim dan Rempah Ditjen Perkebunan Kemtan Agus Wahyudi mengatakan, pada tahun ini terdapat 420.000 hektare lahan tebu yang akan digunakan untuk memproduksi 2,25 juta ton tersebut.  Sementara pada 2024 mendatang diperlukan lahan tebu seluas 500.000 hektare sehingga produksi bisa mencapai 3 juta ton. 

"Kita butuh tambahan lahan seluas 800.000 hektare, lahan yang cukup luas di tengah kondisi saat ini dimana lahan perkebunan terus menyusut," ujarnya dalam diskusi Quo Vadis Pergulaan Nasional yang diselenggarakan Media Perkebunan, Kamis (17/5).

Untuk itu, Agus mengatakan, pemerintah punya strategi agar target produksi 3 juta ton pada 2024 tercapai. Kemtan akan fokus meningkatkan produktivitas gula dari saat ini rata-rata 5,3 ton per hektare menjadi 6 ton per hektare.

Selain meningkatkan produktivitas, fokus pemerintah juga akan menambah luas areal lahan perkebunan tebu yang lebih fokus di luar Pulau Jawa. Target penambahannya adalah seluas 60.000 hektare di luar Pulau Jawa dan 20.000 hektare di Pulau Jawa.

Ketua Andalan Petani Rakyat Pabrik Gula Kebon Agung Dwi Irianto menambahkan, agar target pemerintah tersebut tercapai, pemerintah perlu meningkatkan pendapatan petani tebu di Jawa yang saat ini terus merosot sehingga gairah mereka menanam tebu pun ikut turun.

"Di tengah kondisi ini, saya malah mendapat informasi kalau Menko Perekonomian menetapkan harga pembelian tebu Rp 51.000 per kuintal. Ini Ironis sebab dengan harga Rp 55.000 per kuintal saja, margin petani hanya Rp 291.667 per bulan per hektare,"ujarnya. Menurutnya, dengan penurunan pendapatan petani saat ini, produksi gula nasional juga cenderung stagnan.

Ketua Dewan Pembina Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia Arum Sabil menuturkan, banyak pabrik gula yang kekurangan bahan baku. Akibatnya terjadi rebutan bahan baku tebu yang belum benar-benar siap giling.

Sebab tebu kalau belum berumur 12 bulan belum optimal sehingga kalau digiling sama saja membuang potensi gula. Sementara pada bulan Mei, dimana tebu belum genap berumur 12 bulan, sudah banyak pabrik gula yang berebut beli bahan baku.

"Sebenarnya mereka tahu. Mereka orang-orang pintar. Tapi, tetap saja mereka berebut bahan baku pada bulan Mei karena takut tidak kebagian,"ujarnya.

Direktur Eksekutif Asosiasi Gula Indonesia Budi Hidayat menambahkan produktivitas dan rendemen gula terus menurun dalam 20 tahun terakhir. Minat petani untuk menanam tebu juga ikut turun. Selain itu, pemerintah juga tidak banyak memberikan subsidi kepada petani tebu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×