kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berharap titik terang di Freeport


Jumat, 03 Maret 2017 / 11:06 WIB
Berharap titik terang di Freeport


Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Rizki Caturini

MIMIKA. Gelombang pemecatan Freeport Indonesia tampaknya akan terus terjadi. Data Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Perumahan Rakyat Kabupaten Mimika, Provinsi Papua menyebutkan, Freeport sudah memecat 1.341 pekerja dari sekitar 30.000 pekerja yang ada.

Bahkan Richard C Adkerson CEO Freeport McMoran pernah berujar akan merumahkan 12.000 pekerja. Ancaman Adkerson saat menggelar konferensi pers di Hotel Fairmount Jakarta pada 20 Februari 2017 itu bukan isapan jempol belaka.

Akibat gelombang pemecatan itu, kini situasi di Freeport sangat sepi. Itu terlihat di gudang penyimpangan konsentrat tembaga atau stockpile milik Freeport atau biasa disebut Dewatering Plant Procesing (DWP) area Portside, di Amamapare, Timika, Papua.

Heri Prasetyo Chief Metalurgi DWP Area Portside Freeport Indonesia bilang, PT Smelting di Gresik juga sedang melakukan mogok kerja, setelah 40% konsentrat Freeport tidak bisa keluar. Saat ini kapasitas tiga gudang stockpile mencapai 135.000 ton konsentrat tembaga. Adapun produksi konsentrat tembaga perusahaan ini per tahun mencapai 2,5 juta ton.

Asal tahu saja, 1 ton konsentrat tembaga bisa menghasilkan 20 gram emas. Prosesnya, dari tambang Grasberg yang masih bebatuan diproses melalui fotasi. Dari proses fotasi itu akan mengapung sendiri konsentrat dengan kadar 0,7% CU. Kemudian, dilakukan ekstrak lagi hingga mencapai kadar 27% CU.

Siapa saja karyawan yang sudah dirumahkan? Di antaranya adalah pegawai di sembilan kontraktor Freeport yang diputus kontrak. Pekerjaan saat ini hanya perawatan mesin yang sengaja dihidupkan.

Itupun dilakukan sepekan sekali. Apabila ada keputusan melakukan kegiatan, mesin itu sudah siap.

Bukan saja di area pertambangan. Kisah sedih juga mengalun dari rumahsakit milik Freeport, yang ternyata juga terkena imbas. Perawat Rumahsakit Umum Banti Jeanete Ivonne Sitaniapessy bercerita, dengan kondisi perusahaan yang kurang baik, ia bersama sekitar 20 karyawan perawat lainnya dipensiunkan dengan waktu yang lebih cepat.

Rumahsakit Banti ini untuk masyarakat Timika. "Pelayanan dipastikan akan berjalan terus, hanya saja kami yang dipensiunkan," tandasnya. Rumahsakit Umum Banti ini gratis untuk tujuh suku yang ada di Papua.

Ati, salah satu istri pekerja Freeport Indonesia menuturkan, ada 13 istri karyawan Freeport yang juga saat ini masih ketar-ketir menunggu nasib suami mereka. "Tinggal tunggu giliran, kami pasrahkan saja. Yang jelas, presiden kita harus tahu bahwa kita ini orang Indonesia juga," tandasnya.

Nia Ananto, istri dari salah satu pekerja Freeport yang sudah dirumahkan meminta agar Presiden Joko Widodo menemuinya agar tahu situasi yang sedang terjadi saat ini. "Saya berharap, agar suami saya dipanggil lagi untuk bekerja di Freeport," ujar Nia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×