kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

ConocoPhillips dan Pertamina berebut Blok Corridor


Senin, 03 September 2018 / 15:52 WIB
ConocoPhillips dan Pertamina berebut Blok Corridor
ILUSTRASI. Ilustrasi Opini - Skema Baru Lelang Blok Migas


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah membahas berbagai perpanjangan blok terminasi atau habis kontrak untuk blok migas tahun 2022 dan 2023. Salah satu blok yang akan terminasi adalah BloK Corridor yang akan habis kontrak pada 19 Desember 2023.

Blok Corridor saat ini dioperatori oleh ConocoPhillips (Grissik) Ltd atau COPI. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan biarpun akan habis dalam lima tahun lagi, namun hingga saat ini ConocoPhillips belum juga mengajukan proposal perpanjangan.

Namun Djoko bilang, ConocoPhillips sudah mengajukan surat minat untuk memperpanjang kontrak Blok Corridor. "Dia menyatakan minat, surat, tapi proposalnya belum. Dia minta dia tetap disitu, tapi proposalnya mana, belum sampai, surat dulu," kata Djoko, Senin (3/9).

Dengan belum adanya proposal perpanjangan kontrak, Djoko mengaku, pemerintah masih sulit membahas kelanjutan kontrak COPI di Blok Corridor. Makanya pemerintah berharap COPI bisa segera mengajukan proposal perpanjangan kontrak untuk Blok Corridor. "Kalau tidak ada proposalnya apa yang mau dibahas, cuma surat selembar,"kata Djoko.

Djoko menyebut, jika COPI tidak menyerahkan proposal perpanjangan kontrak untuk Blok Corridor pada bulan ini, maka tidak menutup kemungkinan hak kelola Blok Corridor akan diserahkan kepada Pertamina. "Ya bulan ini kalau dia tidak serahkan (proposal), ya tinggal, bye-bye, kasih Pertamina,"tegas Djoko.

Apalagi, Pertamina juga telah menyatakan minat untuk mengelola Blok Corridor yang tercatat sebagai penyumbang produksi gas ketiga terbesar di Indonesia. Produksi gas Lapangan Grissik Blok Corridor mencapai 841 mmmscfd di semester I 2018.

Hingga akhir tahun 2018, produksi gas Blok Corridor diproyeksi mencapai 798 mmcfd. Biarpun diperkirakan tidak mencapai target dalam APBN 2018 sebesar 810 mmscfd, namun pada tahun ini Blok Corridor masih akan menjadi produsen gas ketiga terbesar di Indonesia.

Dengan produksi yang besar tersebut, Pertamina bahkan telah meminta izin dari pemerintah untuk melakukan pembukaan (open) data di Blok Corridor. Pemerintah pada awal Agustus 2018 lalu pun telah memberikan izin kepada Pertamina untuk melakukan open data.

Djoko cukup yakin Pertamina masih bisa memberikan penawaran yang baik untuk Blok Corridor. Ia berkaca dari proposal Pertamina untuk Blok Rokan yang lebih baik daripada proposal Chevron Pacific Indonesia.

"Ini contoh Rokan ya, Chevron kan minat, terus jelek. Pertamina bagus, kasih Pertamina. COPI kira-begitu sudah,"imbuhnya.

Padahal performa Pertamina di blok terminasi belum bisa dikatakan cukup bagus. Ini berkaca dari pengelolaan Blok Mahakam yang produksinya terus menurun.

Biarpun Pertamina telah melakukan usaha pengeboran setahun sebelum resmi mengambil alih kelola Blok Mahakam dari Total EP Indonesie, namun Pertamina juga menghadapi decline rate produksi Blok Mahakam. Penurunan produksi memang kerap terjadi di blok-blok migas yang telah tua.

Namun pemerintah tampaknya masih tetap mempercayai Pertamina untuk mengelola blok-blok migas yang besar. Djoko yakin Pertamina bisa menaikkan produksi blok-blok terminasi yang telah diserahkan kepada perusahaan pelat merah tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×