kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

DPR apresiasi upaya Kementan kembangkan industri herbal


Selasa, 14 Juli 2020 / 15:20 WIB
DPR apresiasi upaya Kementan kembangkan industri herbal
ILUSTRASI. Pelaku usaha mengemas minuman kunyit asam produksi rumahan di Kelurahan Jombatan, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Rabu (22/4/2020). Industri rumahan minuman kemasan kunyit asam tersebut tidak terdampak pandemi virus Corona, dalam sehari mereka bisa memprod


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wakil Ketua DPR Bidang Industri dan Pembangunan Rachmat Gobel mengapresiasi, pemerintah, lembaga, maupun berbagai pihak yang kompeten melakukan kajian produk obat herbal untuk melawan virus corona. Upaya itu bukan saja memberi harapan masyarakat bisa  segera memasuki kehidupan normal, tetapi juga peluang besar membangun industri obat herbal berbasis kekayaan sumber daya tanaman obat Indonesia.

“Sebagai anak bangsa, maupun legislatif, saya optimis terhadap kemampuan kajian dan penelitian para ahli farmasi Indonesia. Kajian mereka terbukti dan terus berkembang dari tahun ke tahun. Bahkan, hasil penelitian itu berhasil dikembangkan dan diproduksi secara industri. Mereka mampu membuktikan, produknya mampu menguasai pasar domestik dan ekspor,” ujar Rachmat Gobel dalam keterangannya, Selasa (14/7).

Baca Juga: Sapi kurban mulai dijual di Jakarta, ini kisaran harganya

Hal ini menanggapi polemik kalung obat antivirus korona berbasis eucalyptus (minyak kayu putih), yang dikembangkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan)  Kementerian Pertanian (Kementan).

Rachmat mengatakan, dirinya pernah membuktikan besarnya prospek obat herbal di pasar internasional, saat pelaku usaha dan industri Indonesia melakukan pameran di Rusia. Respon masyarakat Eropa, khususnya Rusia begitu besar sehingga produk yang dibawa habis habis di arena pameran dan terjadi pembukaan kontrak pembelian oleh beberapa pengusaha besar disana. 

Rachmat berharap, semua pihak bisa melihat sisi positif atas kemampuan anak bangsa menghasilkan produk obat herbal asli Indonesia. Produk itu memang tetap harus dibuktikan, diuji, dan dikembangkan lebih jauh efektivitasnya untuk kepentingan yang lebih besar. Namun dalam kondisi saat ini, kita berkejaran dengan waktu untuk menurunkan angka kematian warga dan yang terinfeksi sebelum ditemukannya vaksin virus korona. Dengan berprasangka positif, paling tidak ada satu optimisme  untuk mengantisipasi  potensi terjadinya pandemi gelombang kedua. 

Selain itu, penemuan ini juga harus dilihat sebagai salah satu upaya mengatasi membanjirnya obat herbal impor ke pasar Indonesia. “Kita selama ini begitu yakin terhadap produk impor, tetapi meragukan kemampuan produk anak bangsa padahal kita juga bisa,” kata Rachmat.

Baca Juga: Modal budidaya sayur hidroponik cuma Rp 1,5 juta buat pemula, siapa tertarik?

Indonesia sangat mampu karena negeri ini kaya akan tanaman herbal, namun karena berbagai kepentingan dan kendala yang ada selama ini sehingga tidak berkembang dan dimanfaatkan secara optimal. Padahal, tambah legislator dari Partai Nasdem, prospek pasar obat herbal sangat bagus. Apalagi di tahun-tahun  mendatang trend gaya hidup ramah lingkungan seperti penggunaan obat herbal akan semakin berkembang. Oleh karena itu, langkah yang dilakukan oleh Balitbangtan Kementan perlu mendapat penghargaan yang tinggi.

Menurut data Ditjen Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin, Indonesia mempunyai sekitar 30.000 varietas tanaman yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi berbagai formula obat herbal oleh pelaku industri jamu dan obat tradisional. Pengembangan ini  mempunyai potensi yang sangat besar untuk mendukung perekonomian nasional.

Berdasarkan data Kemenperin, saat ini ada sekitar 1.200 pelaku industri jamu, dari jumlah itu ada sekitar 129 usaha yang masuk masuk kategori industri. Sisanya merupakan industri berskala usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang terklasifikasi menjadi Usaha Menengah Obat Tradisional (UMOT) dan Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT). Pada 2019 lalu,  industri ini tercatat tumbuh di atas 6% atau jauh di atas rata-rata pertumbuhan sektor industri nasional, sehingga potensial sebagai mesin ekonomi, penyedia lapangan kerja yang besar, dan menekan substitusi impor.

“Prospek  industri berbasis tanaman herbal ini  harus mendapat prioritas  kebijakan pemerintah. Bahkan, kemampuan Balitbang dari lembaga terkait, baik pemerintah maupun swasta harus didukung sepenuhnya,” kata Rachmat.

Baca Juga: Aspidi benarkan anggotanya alami kendala saat menggunakan layanan karantina

Lebih jauh Rachmat mengatakan, industri jamu dan obat tradisional adalah bagian dari industri kreatif yang seharusnya menjadi industri unggulan di masa datang. Selain mempunyai varietas tanaman yang beragam, Indonesia mempunyai daya saing yang kuat di sektor industri ini karena ditopang ragam budaya tradisional yang kuat. Masing-masing daerah di Indonesia mempunyai kearifan lokal dalam mengembangkan obat-obat tradisional berbasis herbal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×