kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Duh, pandemi virus corona bikin penjualan properti turun 20%-40%


Jumat, 29 Mei 2020 / 19:04 WIB
Duh, pandemi virus corona bikin penjualan properti turun 20%-40%
ILUSTRASI. Penjualan properti di Indonesia turun karena pandemi virus corona


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi virus corona yang melanda Indonesia membuat tren penjualan properti turun di kisaran 20%-40% pada periode Maret hingga Mei 2020. 

Penyebab utama datang karena adanya pembatasan aktivitas masyarakat dan bisnis sehingga menghambat penjualan properti di tanah air.

Head of Research and Counsultancy Savills Indonesia Anton Sitorus menjelaskan, imbas virus corona membuat tren penjualan properti menjadi kian turun dibanding tahun-tahun sebelumnya yang sudah melandai. Ditambah lagi dengan adanya pandemi ini membuat aktivitas pasar makin terhambat karena sejumlah proyek properti berhenti. 

"Kalau dilihat secara keseluruhan dalam periode Maret-Mei 2020 penurunannya bisa sampai 20%-40% secara year on year (yoy) karena aktivitas masyarakat dan marketing terbatas atau sementara belum bisa berjalan secara normal sehingga transaksi turun signifikan," kata dia kepada Kontan.co.id, Jumat (29/5). 

Baca Juga: Pada era new normal, pembeli properti prioritaskan hunian dengan protokol kesehatan

Tetapi, turunnya tren penjualan tidak otomatis membuat harga properti ikut susut, malah cenderung stagnan. Anton menyatakan, harga properti masih tanggung karena pengembang hanya memberikan diskon di antara 5%-10% saja. Padahal jika dibandingkan dengan di luar negeri, penurunan harga properti adalah hal yang biasa. 

Adapun jika melihat trennya belakangan ini, segmen yang penjualannya masih bagus adalah properti segmen terjangkau seperti untuk kelas menengah ke bawah. Perumahan yang lokasinya di pinggiran kota yang segmen pembelinya adalah end user atau orang yang membeli karena kebutuhan rill bukan untuk investasi masih diburu. 

"Selama harganya oke, mereka tetap melakukan transaksi. Belakangan memang pada segmen end user harganya lebih terjangkau yakni di bawah Rp 1 miliar," jelas Anton. 

Anton memberikan satu contoh pengembang yang berani memberikan harga menarik sehingga produknya laku meski di tengah pandemi virus corona, yakni Ciputra Group yakni perumahan Citra Maja Raya yang berani pasang harga di bawah Rp 500 juta. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×