kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspor CPO ke India berpotensi redup, Gapki minta pemerintah lakukan negosiasi


Minggu, 16 Desember 2018 / 11:33 WIB
Ekspor CPO ke India berpotensi redup, Gapki minta pemerintah lakukan negosiasi
ILUSTRASI. Panen kelapa sawit


Reporter: Kiki Safitri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Awal tahun 2019, skema Comprehensive Economic Cooperation Agreement (CECA) yang disepakati Malaysia dan India mulai diberlakukan. Skema ini menyepakati bahwa India akan menurunkan bea masuk impor minyak sawit (CPO) dari Malaysia.

Mukti Sardjono, Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyebutkan skema ini akan memberikan keuntungan kepada Malaysia secara lebih.

"Posisi ini tentunya menguntungkan bagi Malaysia. Karena ini masalah kebijakan antar Pemerintah, kita mengharapkan ada perundingan dagang bilateral antar Indonesia dan India," kata Mukti kepada Kontan.co.id, Sabtu (15/12).

Menurut Mukti dengan perundingan dagang bilateral, diharapkan produk CPO Indonesia juga dapat diturunkan harganya di India, untuk lebih memaksimalkan volume ekspor CPO dalam negeri.

"Dengan perundingan bilateral dan produk sawit Indonesia tidak dikenakan tarif Impor yang berbeda, syukur-syukur bisa lebih rendah lagi penurunannya (harga) bagi produk sawit Indonesia," jelasnya

Mukti menjelaskan bahwa denga adanya perbedaan perlakuan impor tarif CPO Indonesia dengan Malaysia di India, maka yang diuntungkan adalah Malaysia.

"Tentunya perlu dihitung dengan baik dampaknya. Makanya kita mengharapkan pemerintah segera melakukan negosiasi perdagangan dengan India," ungkapnya

Namun demikian Mukti belum memprediksi apakah dengan kebijakan tersebut berpotensi mengurangi nilai ekspor CPO Indonesia ke India di tahun 2019.

"Kalau nilai ekspor (CPO Indonesia) tergantung harga. Kalau untuk harga CPO Malaysia ke India jelas India juga diuntungkan karena biaya impornya lebih rendah," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×