kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45916,44   -19,08   -2.04%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspor kakao di sektor hulu dinilai masih punya potensi besar


Rabu, 16 Januari 2019 / 13:51 WIB
Ekspor kakao di sektor hulu dinilai masih punya potensi besar


Reporter: Kiki Safitri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri perekonomian Darmin Nasution menggelar rapat koordinasi membahas potensi ekspor komoditi kakao. Rakor pagi ini turut dihadiri oleh Asisten Departemen Bidang Perkebunan dan Hortikultura Kemenko Perekonomian Wilistra Danny.

Wilistra menyebutkan bahwa ada potensi ekspor di hulu yang dapat dikembangkan. Namun sayangnya beberapa pihak terkait seperti perwakilan dari kementerian perkebunan dan kementerian pertanian tak hadir sehingga rakor akan dijadwalkan ulang.

"Belum, masih ada rapat lanjutan lagi. Karena pak menko melihat enggak siap bahannya jadi akan di rapatkan lagi. Mungkin dalam waktu dekat," kata Wilistra Rabu (15/1) di Kemenko Perekonomian Jakarta.

Wilistra mengatakan bahwa bahasan rakor juga terkait dengan peningkatan ekspor. Hal krusial yang terpenting dalam rakor ini adalah meningkatkan ekspor dan mengurangi impor. "Sebenarnya kita punya potensi yang cukup di hulu, tapi kenapa kok kita masih impor," ungkapnya.

Selanjutnya ia menjelaskan bahwa sektor hulu harus ditata dengan baik agar produktifitas bisa meningkat. Ini berdampak pada pengurangan impor secara signifikan.

Menurut Ketua Umum Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) Pieter Jasman, prospek ekspor kakao tahun 2019 tidak jauh berbeda dari tahun 2018. Namun potensi ekspor ke depannya akan dalam bentuk produk jadi.

"Ekspor kakao di tahun 2019 kurang lebih sama dengan tahun 2018, sebagian besar sudah dalam bentuk kakao olahan seperti cocoa butter dan cocoa powder," ujar Pieter.

Sementara itu, fokus pemerintah di tahun 2019 adalah melakukan replanting guna meningkatkan produktivitas. Hal ini juga disambut baik oleh Pieter. Menurutnya hal ini berguna untuk mengurangi ketergantungan impor.

"Ini tentu akan sangat membantu industri agar tidak terlalu banyak bergantung pada biji kakao impor. Sekaligus untuk mengurangi defisit neraca perdagangan," jelasnya.

Pengamat ekspor kakao sekaligus mantan ketua dewan kakao Indonesia Soetanto Abdullah menyebut bahwa program replanting kakao dilakukan awal tahun ini. Sehingga sepanjang tahun tidak ada panen. "Sekarang harus sudah mulai bongkar tanaman tua dan di akhir tahun mulai menanam tanaman baru," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×