kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,27   -11,24   -1.20%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspor kakao diperkirakan tumbuh tahun ini


Minggu, 11 November 2018 / 12:53 WIB
Ekspor kakao diperkirakan tumbuh tahun ini
ILUSTRASI. HARGA KAKAO


Reporter: Kiki Safitri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekspor biji kakao tahun 2018 diprediksi naik tipis 26.000 ton atau 3,59% dibanding tahun 2017 yaitu 25.098 ton. Ini adalah biji kakao kualitas tinggi dengan kadar air rendah.

Namun demikian ekspor kakao sempat turun tajam, berdasarkan catatan KONTAN, sejak 2009 ekspor biji kakao sempat mencapai 439.304 ton. Menurut Ketua Umum Dewan Kakao Indonesia (Dekaindo) Soetanto Abdoellah ini terjadi karena permintaan dalam negeri yang cukup tinggi.

“Menurun ekspornya, jadi tahun ini ekspor hanya sedikit yaitu 26.000 ton karena memang permintaan dalam negeri sangat tinggi. Kan biji kakao sebagian besar diolah di dalam negeri dan diekspor dalam bentuk produksi olahan seperti pasta, kakao dan lemak kakao,” kata Soetanto, Sabtu (10/11).

Soetanto menyebutkan Usaha Menengah Kecil Mikro (UMKM) saat ini juga banyak menggunakan coklat sebagai bahan dasar pengolahan. Hal ini jelas itu menunjukkan bahwa konsumsi coklat dalam negeri naik. Selain itu, permintaan biji kakao kualitas bagus di luar negeri saat ini menurun.

Hingga September 2018, Seoetanto menyebutkan bahwa nilai ekspor kakao dan produk turunannya mencapai US$ 922 juta, diprediksi hingga akhir tahun mampu mencapai US$ 1,3 miliar.

“Bijih kakao turun ekspornya. Kalau pengolahan ini naik, tapi naiknya juga enggak banyak. Tapi yang jelas dari nilainya untuk ekspor kakao semuanya itu sekitar US$ 1,3 miliar,” kata Soetanto.

Data Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian menyebut bahwa total keseluruhan ekspor biji kakao pada tahun 2017, sebesar 354.000 ton senilai US$ 112 juta. Per September 2018 ekspor produk kakao sudah mencapai 364.000 ton senilai US$ 126,2 juta atau naik 4,3% dibandingkan Agustus 2018 sebesar 348.000 ton atau senilai US$ 119 juta .

Untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri, impor kakao terus dilakukan. Tidak tanggung impor kakau hingga saat ini masih di atas 200.000 ton. Bisnis pengolahan kakao di Indonesia saat ini sedang berkembang. Bahkan parusahaan luar juga memiliki pabrik pengolahan kakao di Indonesia.

Selain ekspor biji kakao, Indonesia juga ekspor dalam bentuk pasta dan lemak. "Di Indonesia juga banyak perusahaan pengolahan asing, seperti dari Amerika Serikat. Mereka membeli biji kakao dari Indonesia, mengolah di sini kemudian menjadi pasta, produk olahan, lemak dan bubuk kemudian dikirim ke pabriknya di Amerika,” ungkap Soetanto.

Harga biji kakao saat ini juga dinilai sangat menguntungkan yakni US$ 2.300 per ton. Dalam dua bulan belakangan harga stabil di kisaran US$ 2.100 per ton. Kenaikan harga ini dinilai karena permintaan global yang naik Di sisi lain, negara yang ditargetkan memasok secara optimal gagal memenuhi targetnya.

“Harga bagus sekarang, naik ya karena permintaan juga naik tapi supply berkurang. Yang sebelumnya dari negara Afrika dan Ghana yang semula diprediksi menghasilkan cukup banyak ternyata meleset sehingga harga naik,” kata Soetanto.

Sejauh ini konsumen kakao terbesar yang mengimpor biji kakao asal Indonesia adalah Amerika Serikat, Malaysia dan sebagain kecil Eropa. Sedangkan ekspor produk olahan mayoritas di kawasan Asia dan Amerika.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×