kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspor kakao makin seret, AIKI proyeksi bisnis kakao menurun di 2020


Rabu, 04 Desember 2019 / 16:14 WIB
Ekspor kakao makin seret, AIKI proyeksi bisnis kakao menurun di 2020
ILUSTRASI. Pekerja menjemur biji kakao di salah satu tempat pengumpul kakao di Desa Buket Teukuh, Idi Tunong, Aceh Timur, Aceh, Kamis (28/9). Ekspor kakao makin seret, AIKI proyeksi bisnis kakao alami penurunan di 2020. ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/foc/17.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kementerian Perdagangan mengumumkan harga referensi produk biji kakao naik 1,10% menjadi US$ 2.527,64 per MT dari bulan sebelumnya yaitu sebesar US$  2.500,16 per MT. 

Asal tahu saja Keputusan ini tercantum pada Peraturan Menteri Perdagangan Nomor XX Tahun 2019 tentang Penetapan Harga Patokan Ekspor (HPE) atas Produk Pertanian dan Kehutanan yang Dikenakan Bea Keluar. 

Baca Juga: Andira Agro (ANDI) tambah kapasitas produksi menjadi 45 ton per jam awal tahun depan

Melalui peraturan tersebut ditetapkan harga referensi biji kakao di Desember 2019 naik menjadi US$ 2.527,64 per MT dari bulan sebelumnya yaitu sebesar US$  2.500,16 per MT.

Tentunya hal ini berdampak pada peningkatan HPE biji kakao pada Desember 2019 menjadi US$ 2.240 per MT atau naik 1,2%  dari periode sebelumnya yaitu sebesar US$ 2.213 per MT.

Ketua Umum Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) Pieter Jasman menjelaskan peningkatan harga referensi dan HPE Biji Kakao ini disebabkan menguatnya harga internasional. "Saat ini pada level US$ 2.524 per ton," jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (4/12). 

Pieter mengakui hingga saat ini belum ada perubahan dalam industri kakao dalam negeri  khususnya untuk ekspor. Menurutnya ekspor kakao masih saja seret. 

Baca Juga: Wilmar dan Clariant bangun pabrik amina tersier di Gresik

Pieter mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) Januari sampai dengan Mei 2019, ekspor kakao turun 20% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Pada kuartal III 2019, ekspor kakao hanya sebesar US$ 402,65 juta sedangkan periode yang sama di tahun sebelumnya US$ 463,82 juta. 

Pieter menjelaskan lebih lanjut permintaan produk kakao olahan dalam negeri juga belum terlihat ada peningkatan signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Pelaku industri kakao dalam negeri melihat bisnis biji cokelat di 2020 secara umum produksi akan mengalami sedikit penurunan. "Hal ini akibat dari perubahan iklim, serangan hama dan  penyakit yang masih mendominasi di mayoritas wilayah penghasil kakao di Indonesia," tandasnya. 

Baca Juga: Ikhtiar Eterindo Wahanatama (ETWA) perbaiki rugi bersih di tahun depan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×