kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

ESDM dorong Co-Prosessing untuk manfaatkan sawit jadi bensin dan LPG


Minggu, 14 April 2019 / 10:42 WIB
ESDM dorong Co-Prosessing untuk manfaatkan sawit jadi bensin dan LPG


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Selain pemanfaatan sawit sebagai campuran bahan bakar minyak (BBM) jenis solar, Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong pemanfaatan sawit sebagai bahan bakar jenis bensin (gasolin) dan Liquified Petroleum Gas (LPG). Khususnya melalui metode co-prosessing.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan ESDM Dadan Kusdiana bahkan menyampaikan, Indonesia menjadi yang pertama dalam mengembangkan sawit untuk bensi melalui co-prosessing.

Yaitu pencampuran minyak sawit ke kilang dengan proses cracking menggunakan katalis Merah Putih untuk menghasilkan besin dan LPG dalam proses akhir.

Dadan mengatakan, pemanfaatan sawit untuk bensin memang telah dilakukan di beberapa negara seperti di Amerika, Italia dan UEA. Hanya saja, pemanfaatan tersebut dilakukan dengan membuat pabrik baru yang dapat mengolah langsung sawit dengan bensin sebagai salah satu produknya.

"Yang mereka kembangkan bukan co-prosessing, tapi standalone, dari sawit menghasilkan bensin. Untuk co-prosessing ini kita yang pertama," ungkapnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (13/4).

Dadan menerangkan, melalui co-prosessing, kelebihan yang didapatkan adalah kilang existing yang masih dapat digunakan. Sehingga, proses produksi yang dikerjakan bisa lebih hemat.

"Yang digunakan adalah kilang eksisting, hanya ditambahkan proses di tengahnya untuk menghasilkan bensin dan LPG," terangnya.

Adapun, mengenai harga, Dadan mengatakan bensin dari sawit ini nantinya masih akan tergantung dari harga bahan baku sawitnya.

"Ada mekanisme yang saling menguntungkan pastinya, bisa melalui intensif atau bentuk lain, karena kita tahu hingga saat ini kalau harga minyak goreng selalu lebih mahal dari bahan bakar," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×