kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,91   8,27   0.89%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gapki sambut positif program Capres Jokowi tingkatkan B20 jadi B100


Senin, 18 Februari 2019 / 18:55 WIB
Gapki sambut positif program Capres Jokowi tingkatkan B20 jadi B100


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyambut positif visi Calon Presiden Joko Widodo dalam debat capres semalam. Dalam debat tersebut, Jokowi berjanji akan mendorong pengembangan program biodiesel 100% (B100), dari kondisi saat ini sudah biodiesel 20% (B20).

Wakil Ketua Umum III Gapki bidang Urusan Perdagangan dan Keberlanjutan Togar Sitanggang optimistis B100 bisa diwujudkan. Hal ini dikarenakan produksi minyak sawit mentah atawa crude palm oil (CPO) Indonesia masih berpotensi ditingkatkan, mengingat lahan sawit di Indonesia masih luas.

Bila mengacu pada lahan yang tercantum pada laporan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kemtan) bahwa lahan sawit seluas 14 juta hektare,kemudian produktivitas CPO ditingkatkan baik swasta, BUMN dan petani rakyat menjadi 4 juta ton per tahun, maka Indonesia bisa memproduksi CPO hingga sebesar 56 juta ton per tahun.

Peningkatan produktivtas CPO ini bisa ditingaktkan dengan program replanting yang masif dan dengan bantuan semua pihak.

"Dengan produksi CPO sebesar 56 juta ton, B100 akan membutuhkan CPO sekitar 30 juta ton. Dari dalam negeri untuk pangan sekitar 10 juta ton dan sisanya 10 juta ton untuk ekspor," ujar Togar kepada Kontan.co.id, Senin, (18/10).

Bila B100 diterapkan, ekspor CPO dan produk turunannya berpotensi mengalami penurunan. Selama ini CPO Indonesia lebih banyak diekspor, berdasarkan data Gapki, produksi CPO di 2018 sudah mencapai 47,4 juta ton dimana ekspor sebesar 34,7 juta ton dan konsumsi domestik sebesar 13,49 juta ton.

"Dengan adanya B100 maka Indonesia akan sangat fleksibel, apakah mau dieskpor atau mau dikonsumsi dalam negeri dan fleksibel dalam menentukan negara tujuan ekspor," terang Togar.

Togar menambahkan untuk mencapai B100 diperlukan pengmbangan riset dan teknologi. Meski teknologi yang dibutuhkan sudah tersedia, tapi teknologi tersebut belum ekonomis.

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana berharap, adanya perluasan B20 akan mampu menyerap biodiesel sebesar 6 juta kiloliter hingga 6,2 juta kiloliter di 2019. Bila B100 ingin diterapkan setidaknya harus ada 30 juta kiloliter hingga 31 juta kiloliter minyak sawit yang dibutuhkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×