kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gerah dengan Uni Eropa, pengusaha sawit boikot diskusi dan pembahasan ILUC


Rabu, 06 Februari 2019 / 16:58 WIB
Gerah dengan Uni Eropa, pengusaha sawit boikot diskusi dan pembahasan ILUC


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengusaha sawit dari Indonesia dan Malaysia gerah dengan sikap Uni Eropa (UE) yang berusaha menekan komoditas kelapa sawit dengan mengeluarkannya dari daftar produk bahan bakar minyak nabati untuk UE. Karena itu, pengusaha sawit sepakat memboikot dikskusi dan pembahasan konsep Indirect Land Usage Change (ILUC) dengan Uni Eropa.  

Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Derom Bangun menyampaikan, ia dan pihak Malaysia selaku dua produsen sawit terbesar di dunia tidak menerima paramater dalam metode ILUC versi UE.

"Maka kita DMSI sudah menolak, dan kami tidak mau diajak diskusi membahas konsep itu. Biarlah kalau mereka punya konsep biarkan saja, tapi kami ada jalan lain," kata Derom, Rabu (6/2).

Dermo menjelaskan bahwa bila UE benar-benar akan menerbitkan ILUC, maka pengusaha sawit Indonesia siap mengajukan keberatan pada WTO.

Hal senada juga dikatakan Ketua Harian Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia Paulus Tjakrawan. Paulus mengatakan, bahwa pihaknya juga sepakat untuk tidak akan mengikuti pembahasan mengenai ILUC.

Tak hanya itu, pihaknya juga menerima banyak tekanan perdagangan dari pihak Eropa dan Amerika Serikat, terutama terkait tuduhan menerima subsidi dari pemerintah dan melakukan tindakan dumping.

Menurut Paulus, beberapa waktu lalu pihak UE menuntut eksportir biofuel mengirimkan informasi supplier minyak kelapa sawit yang digunakan industrinya. Namun pihak UE juga meminta detil cost produksi dan biaya margin yang mana hampir dipastikan tidak bisa.

"Jadi memang sepertinya dibuat sengaja tidak bisa kita jawab. Itu bisa melanggar prinsip WTO," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×