kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Greenpeace temukan 25 industri minyak sawit masih gunduli hutan


Rabu, 19 September 2018 / 16:24 WIB
Greenpeace temukan 25 industri minyak sawit masih gunduli hutan
ILUSTRASI. Penebangan hutan


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyelidikan terbaru Greenpeace International menemukan 25 perusahaan pemasok minyak sawit telah menghancurkan area hutan secara masif kurang dari tiga tahun terakhir. Salah satu nama yang disebut adalah perusahaan Wilmar International. Adapun pasokan sawit Wilmar masih digunakan untuk merek-merek terbesar dunia seperti Unilever, Nestlé, Colgate-Palmolive, dan Mondelez.

Greenpeace International menilai praktek deforestasi yang dilakukan oleh 25 produsen minyak sawit utama dan melaporkan sejumlah hasil temuan mereka. 

Pertama, 25 grup industri kelapa sawit yang dioberservasi Greenpeace telah menggunduli lebih dari 130.000 hektare (ha) hutan sejak akhir 2015. Kedua, 40% deforestasi atau setara 51.600 ha berada di Papua, Indonesia, padahal area tersebut merupakan salah satu wilayah yang paling banyak memiliki keanekaragaman hayati yang belum tersentuh eksplorasi.

Ketiga, 12 merek yang memperoleh pasokan dari setidaknya 20 grup minyak sawit antara lain: Colgate-Palmolive, General Mills, Hershey, Kellogg’s, Kraft Heinz, L'Oreal, Mars, Mondelez, Nestlé, PepsiCo, Reckitt Benckiser, dan Unilever. Keempat, Wilmar yang merupakan pedagang minyak sawit terbesar dunia, membeli dari 18 pemasok diantara 25 grup minyak sawit tersebut.

Mengutip rilis yang diterima Kontan.co.id, Greenpeace menyatakan investigasi ini menunjukkan Wilmar International yang merupakan pedagang minyak sawit terbesar di dunia gagal dalam komitmen menghentikan perusakan hutan. 

Sebelumnya, pada 2013, Greenpeace International mengungkapkan bahwa Wilmar dan pemasoknya bertanggungjawab atas deforestasi, penebangan ilegal, kebakaran di lahan gambut, dan pembukaan habitat harimau secara ekstensif.

Wilmar kemudian mengumumkan kebijakan 'tanpa deforestasi, tanpa pembukaan gambut, tanpa eksploitasi' (NDPE). Namun, analisis Greenpeace menemukan bahwa Wilmar masih mendapatkan minyak sawit dari kelompok-kelompok perusahaan yang menghancurkan hutan dan melakukan penyerobotan lahan dari komunitas lokal.

“Minyak sawit dapat diproduksi tanpa merusak hutan. Tetapi investigasi kami menunjukkan bahwa perdagangan minyak sawit Wilmar masih terkontaminasi sepenuhnya dengan perusakan hutan. Merek-merek rumah tangga seperti Unilever, Nestlé, Colgate-Palmolive, dan Mondelez berjanji kepada pelanggan bahwa mereka hanya menggunakan minyak sawit bersih, tetapi mereka tidak menepati janji itu. Merek-merek global tersebut harus memperbaiki masalah ini, sekali untuk selamanya, dengan memangkas pasokan Wilmar hingga mereka dapat membuktikan bahwa minyak sawitnya bersih,” kata Kiki Taufik, Kepala Kampanye Hutan Global Greenpeace Indonesia dalam rilis yang diterima Kontan.co.id, Rabu (19/9).

Sayangnya selain Wilmar International, Greenpeace tidak menjelaskan nama-nama industri pemasok sawit lainnya yang termasuk dalam daftar 25 perusahaan yang menghancurkan area hutan tersebut.

Selain deforestasi, 25 kasus dalam laporan ini juga mencakup bukti eksploitasi dan konflik sosial, deforestasi ilegal, pembangunan tanpa izin, dan pengembangan perkebunan di daerah-daerah yang dikategorikan untuk perlindungan, serta kebakaran hutan terkait dengan pembukaan lahan. Ini juga merupakan penilaian paling komprehensif dari deforestasi di Papua, Indonesia.

Padahal Papua adalah salah satu wilayah yang paling banyak memiliki keanekaragaman hayati di bumi dengan hutannya yang sangat beragam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×