kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hadapi masa sulit, Lion Air Group menanti kucuran insentif


Kamis, 24 September 2020 / 21:04 WIB
Hadapi masa sulit, Lion Air Group menanti kucuran insentif
ILUSTRASI. Pramugari maskapai Lion Air di Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang, Jumat (11/09/2020). Pihak Lion Air Group memberikan penjelasan terkait dengan penerapan fasilitas HEPA filter untuk menjaga tingkat kebersihan pesawat dengan menyaring sert


Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lion Air Group menyatakan pemerintah perlu membantu industri penerbangan yang ikut terpukul akibat pandemi Covid-19.

Direktur Utama Lion Air Group Edward Sirait mengungkapkan sampai saat ini pihaknya belum menerima insentif yang dijanjikan Pemerintah.

"Bisa dibilang, industri penerbangan sudah dalam posisi mati suri saat ini, tidak hanya di Indonesia tapi di dunia. Kami butuh satu langkah yang bisa dilihat dan dirasakan agar industri tidak berhenti," ungkap Edward saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (24/9).

Melihat hal itu, Edward berharap pemerintah bisa memberikan stimulus dalam bentuk pembebasan biaya tanggungan bagi pesawat-pesawat yang tidak dioperasikan atau dikandangkan.

Tak hanya itu, ia juga berharap pemerintah membebaskan biaya tanggungan maskapai dari pengelola bandara milik pemerintah.

Baca Juga: Lion Air kembali terbang melalui Bandara Husein Bandung, simak rutenya...

"Pemerintah bisa membantu membebaskan tanggungan biaya itu atau beban biaya itu menjadi tanggungan pengelola bandara. Karena pengelola bandara kebanyakan BUMN, punya pemerintah juga," sambung Edward.

Edward menambahkan, pemerintah juga perlu memberikan subsidi atau keringanan langsung kepada penumpang, misalnya dengan membebaskan biaya PPN dan pajak bandara (airport tax).

Dengan begitu, harga tiket bisa murah dan berimbas menaikkan gairah melakukan perjalanan bagi masyarakat.

Edward berkata, insentif juga bisa berupa pembebasan biaya fasilitas secara fiskal menyangkut perawatan pesawat, seperti pembebasan biaya masuk spare parts, pembebasan pajak spare parts.

Edward menutup, selama pandemi pihaknya maksimal bisa menerbangkan sekitar 40.000 penumpang.

"Saat kasus melonjak, penumpang makin enggan melakukan perjalanan, sehingga saat ini okupansi turun di kisaran 25.000 penumpang per hari," tutup dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×