kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga beras diprediksi naik, BKP klaim produksi aman


Senin, 24 September 2018 / 19:31 WIB
Harga beras diprediksi naik, BKP klaim produksi aman
ILUSTRASI. Petani panen padi


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengamat Pertanian Husein Sawit memperkirakan, harga beras akan meningkat tinggi karena musim panen yang mundur beberapa bulan. Hal ini disebabkan kemarau panjang yang terjadi.

Diperkirakan akibat produksi padi yang terganggu, akan terjadi ketidakstabilan harga beras mulai November tahun ini hingga Maret tahun depan.

Berdasarkan keterangan tertulis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada 23 Agustus lalu, dijelaskan bahwa hingga pertengahan Agustus 2018 hampir seluruh wilayah Indonesia atau sebesar 95,03% telah memasuki musim kemarau.

Sementara, sisanya atau sebesar 4.9% masih mengalami musim hujan. Musim kemarau ini diprediksikan akan berlangsung hingga akhir Oktober 2018.

Sementara itu, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian (BKP) Agung Hendriadi mengatakan, adanya himbauan dari pengamat merupakan sebuah peringatan kepada pemerintah. Namun, menurutnya saat ini harus dilihat fakta tyang terjadi di lapangan.

Agung Hendriadi menuturkan, stok beras yang dimiliki Bulog saat ini sudah mencapai 2,6 juta ton. Dengan angka tersebut, maka kebutuhan beras hingga awal tahun bisa terpenuhi.

Apalagi, menurutnya masih ada panen yang besar hingga akhir tahun. Dengan begitu, cadangan beras pemerintah tak harus digelontorkan ke masyarakat.

“Kita masih panen bulan September, Oktober dan November. September sebesar 3,2 juta ton, Oktober 2,8 juta ton, dan November 2,8 juta ton. Artinya kalau kebutuhan kita 2,5 juta ton, cadangan ini tidak dipakai. Jadi gak usah khawatir,” tutur Agung, Senin (24/9).

Menurut Agung, meski musim panen mengalami kemunduran, namun dia optimistis stok beras masih sangat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Apalagi, kekeringan tidak terjadi di seluruh wilayah. Masih ada wilayah yang tetap melakukan panen. “Jadi setiap hari kita panen,” ujar Agung.

Tak hanya komoditas beras, Agung pun memastikan komoditas pangan lainnya aman.

Di tahun depan, diperkirakan produksi padi akan mencapai 84 juta ton, produksi jagung sebesar 2,8 juta ton, bawang merah sebesar 1,41 juta ton, cabai sebesar 2,29 juta ton dan bawang putih sebesar 79.000 ton, daging sapi sebesar 750.000 ton dan gula sebesar 2,5 juta ton.

Tahun ini misalnya, produksi beras diperkirakan sebanyak 46,6 juta ton dengan kebutuhan sebesar 30,3 juta ton, produksi jagung 30 juta ton dengan kebutuhan 17 juta ton. Produksi minyak goreng sebesar 29,2 juta ton dengan kebutuhan 8,5 juta ton.

Produksi bawang merah sebesar 1,4 juta ton dengan kebutuhan 1,2 juta ton, produksi cabai besar sebesar 1,29 juta ton dan kebutuhan sebesar 1,2 juta ton.

Produksi cabai rawit sebesar 1 juta ton dan kebutuhan sebesar 912.000 ton, lalu produksi ayam dan telur ayam ras sebesar 3,3 juta ton dan 2,56 juta ton dengan masing-masing kebutuhan 3 juta ton dan 1,7 juta ton.

Agung mengakui, masih ada beberapa komoditas yang masih harus diimpor. Komoditas tersebut adalah daging sapi dan kerbau yang produksinya sebesar 429.000 ton dengan kebutuhan sebesar 663.000 ton, bawang putih dengan produksi 40.000 ton sementara kebutuhan 440.000 ton, gula pasir dengan produksi sebesar 2 juta ton dengan kebutuhan 3,1 juta toh, dan kedelai sebesar 1,7 juta ton dengan kebutuhan 2,9 juta ton.

Agung mengakui, di tahun nendatang, komoditas pangan yakni gula, kedelai, daging sapi dan bawang putih masih membutuhkan tambahan lewat impor.

Namun, dia memastikan komoditas pangan lain bisa dipenuhi dari produksi dalam negeri. “Mungkin enpat komoditas tadi masih impor. Sesuai roadmap kan baru bisa dipenuhi dari dalam negeri 2020,” tambah Agung.

Khusus untuk pasokan beras, Direktur Utama Bulog Budi Waseso menekankan bawah impor tak perlu ditambah hingga Juni 2019. Hal ini dengan mempertimbangkan impor beras sebanyak 400.000 ton yang akan masuk Oktober mendatang dan serapan beras dalam negeri yang masih akan bertambah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×