kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga CPO Turun, Oleokimia pun Terpuruk


Rabu, 10 September 2008 / 19:02 WIB
Harga CPO Turun, Oleokimia pun Terpuruk


Reporter: Nurmayanti,Hikmah Yanti | Editor: Test Test

JAKARTA. Harga minyak sawit mentah alias Crude Palm Oil (CPO) di pasar dunia terus melorot. Di Bursa Malaysia Derivatives Exchange, dua hari lalu, harganya menyentuh level terendah dalam setahun terakhir. Nilai kontrak CPO sempat menyentuh angka 2.386 ringgit Malaysia atau sekitar US$ 691,09 per ton. Angka itu sudah anjlok 88% ketimbang harga tertinggi 4.486 ringgit per ton pada Bulan Maret 2008.

Seharusnya, terus terjunnya harga CPO itu jadi berkah buat industri turunan CPO, seperti industri oleochemical alias oleokimia. Melorotnya bahan baku oleokimia itu tentu saja otomatis bisa mengurangi ongkos produksi. Nyatanya, produsen oleokimia kini malah gigit jari karena mereka kehilangan kontrak dari luar negeri.

Dari tujuh produsen oleokimia di Indonesia saat ini, pemutusan kontrak ekspor di satu perusahaan bisa mencapai 40% dari total kontrak mereka. Para importir minta peninjauan kontrak, khususnya tentang penetapan harga jual oleokimia. Mereka minta harga oleokimia ikut harga bahan bakunya, yakni CPO yang saat ini sedang turun.

Ketua Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (Apolin) Kris Hadisoebroto mengatakan, selama ini pengusaha sangat mengandalkan pasar luar negeri, karena permintaan oleokimia di dalam negeri masih rendah. "Jadi kami juga ikut terpukul dengan penurunan harga CPO, meski stok di dalam negeri cukup," ujar Kris, Rabu (10/9). Para importir, kata Kris, menilai perusahaan Indonesia mengambil untung besar jika harga produknya tak ikut kondisi harga CPO saat ini. Sebab itu, importir minta penyesuaian harga.

Selama ini, industri oleokimia mengandalkan bahan baku turunan CPO untuk memproduksi fatty acid, fatty alcohol stearic acid, methyl ester dan glycerin. Sebanyak 80% produknya diekspor ke Jepang, Korea, Eropa, Taiwan, dan Amerika Serikat. Data Apolin menyebut, total ekspor oleokimia pada semester I 2008 ini tercatat US$ 600 juta. Sementara, tiap tahun nilai ekspor US$ 1 juta-US$ 1,5 miliar.

Saat ini, Indonesia punya tujuh produsen oleokimia. Antara lain PT Ecogreen Oleochemical, PT Sumiasih Oleochemical, dan PT Sinar Olechemical International. Total kapasitas produksinya dua juta ton per tahun.

Harapan pengusaha setidaknya terdengar oleh pemerintah. Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu optimistis harga CPO akan kembali naik. Dia juga yakin penurunan harga CPO tak akan berimbas ke neraca perdagangan. "Secara keseluruhan tak akan berpengaruh ke neraca perdagangan," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×