kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hingga Juli, produksi minyak masih dibawah target 2018


Minggu, 12 Agustus 2018 / 18:36 WIB
Hingga Juli, produksi minyak masih dibawah target 2018
ILUSTRASI. ilustrasi penjualan minyak mentah dunia


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) masih belum berhasil menaikan produksi minyak.

Hingga Juli 2018, produksi minyak Indonesia tercatat baru mencapai 773.000 barrels oil per day (bopd) atau masih dibawah target APBN 2018 yang sebesar 800.000 bopd.

Namun untuk produksi gas masih bisa melebihi target APBN 2018. Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Wisnu Prabawa Taher mengatakan produksi gas per Juli 2018 sudah mencapai 1,386 juta boepd atau lebih tinggi dari target APBN 2018 sebesar 1,2 juta boepd.

SKK Migas telah memproyeksi lifting minyak Indonesia sampai akhir tahun tidak akan mencapai target. Lifting minyak diproyeksi hanya sebesar 775.000 BOPD dan lifting gas sebesar 1,1 juta boepd.

Wisnu menyebut, penurunan produksi minyak disebabkan adanya penurunan laju produksi atau decline rate yang tidak bisa dicegah. Apalagi lapangan-lapangan minyak dan gas Indonesia merupakan lapangan-lapangan migas tua yang mayoritas berusia 70-80 tahun.

"Secara umum, decline rate sumur yang ternyata lebih tinggi, di luar ekspektasi. Semakin lama beroperasi, tingkat decline rate semakin tinggi, dan khusus nya untuk crude, kandungan air atau watercut semakin tinggi," ujar Wisnu ke Kontan.co.id, Jumat (10/8).

Menurut Wisnu, jika tidak ada upaya untuk mengurangi decline rate, maka decline rate di lapangan-lapangan migas saat ini bisa mencapai sekitar 25-30%. Bahkan decline rate di beberapa lapangan migas bisa mencapai 40%.

Makanya Wisnu menyebut SKK Migas bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) terus melakukan upaya berupa pemboran sumur, workover, hingga pemeliharaan sumur dan fasilitas untuk menekan laju penurunan produksi. "Namun dengan upaya pemboran, workover, pemeliharaan sumur dan fasilitas, kami bisa tekan hingga di level 3-4 %,"kata Wisnu.

Selain masalah decline rate, penurunan produksi juga terjadi karena adanya pemeliharaan fasilitas produksi sehingga membuat beberapa lapangan berhenti berproduksi. "Namun tidak lama dan bisa cepat selesai, dan produksi berjalan lagi,"imbuhnya.

Selain itu, ada juga gangguan fasilitas produksi di beberapa blok migas besar seperti Blok Rokan dan Blok ONWJ. "Semester I ini, masih terdapat beberapa gangguan fasilitas produksi, contohnya di Rokan dan ONWJ, namun kami segera atasi hal tersebut, namun tentu butuh waktu untuk produksi kembali pulih," kata Wisnu.

Dengan faktor-faktor penurunan produksi tersebut, Wisnu bilang SKK Migas masih akan berupaya untuk meningkatkan kegiatan workover dan pemeliharaan sumur. Selain itu, SKK Migaa juga berupaya untuk memastikan proyek-proyek yang ditarget onstream tahun ini bisa selesai tepat waktu.

"Upaya lainnya adalah mengusahakan waktu pemeliharaan fasilitas, yang sudah terjadwal sebelumnya (planned), bisa selesai lebih cepat, sehingga meminimalkan gangguan operasi. Sehingga, secara teknis, kami melakukan program pengembangan dengan selektif dan optimal,"ujar Wisnu.

Namun Wisnu menyebut SKK Migas akan berusaha untuk melakukan upaya peningkatan produksi seperti pemboran, workover, pemeliharaan sumur dengan hati-hati agar tidak menganggu cadangan migas.

"Khususnya untuk Crude, yang bisa mempengaruhi kandungan air meningkat. Kehandalan fasilitas produksi juga menjadi perhatian khusus kami, karena sudah beroperasi cukup lama, sehingga program pemeliharaan menjadi kunci," kata Wisnu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×