kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,47   -12,05   -1.29%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Iklim investasi kondusif, investor Eropa bidik sektor pengolahan kapas RI


Kamis, 13 Desember 2018 / 10:59 WIB
Iklim investasi kondusif, investor Eropa bidik sektor pengolahan kapas RI
ILUSTRASI. Kapas


Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri pengolahan kapas di Indonesia dinilai semakin menjanjikan. Investor asal Eropa dikabarkan akan berinvestasi ratusan juta dollar untuk mengembangkan sektor kapas, mulai dari kapas untuk kecantikan, kesehatan dan industri.

Pengamat bisnis dan investasi dari DK Consulting Djoko Kurniawan mengatakan, ada dua kemungkinan yang akan dilakukan investor asal Eropa tersebut.

Pertama, membangun pabrik sendiri dengan skema Foreign Direct Investment (FDI), dan kemungkinan lainnya bermitra dengan perusahaan domestik yang sudah eksis.

"Saya perkirakan, investor tersebut akan menggandeng perusahaan lokal. Hal itu sebagai upaya mereka memitigasi risiko berbisnis di Indonesia," ujar Djoko, Rabu (11/12) kemarin.

Jika rencana itu terealisasi, ada dua kemungkinan pola investasi yang dilakukan investor Perancis tersebut.

Pertama, membangun pabrik sendiri dengan skema Foreign Direct Investment (FDI), dan opsi yang kedua, adalah bermitra dengan perusahaan domestik yang sudah eksis.

"Saya perkirakan, investor tersebut akan mengambil opsi kedua, dengan menggandeng perusahaan lokal. Hal itu sebagai upaya mereka memitigasi risiko berbisnis di Indonesia," ujar Djoko Kurniawan, pengamat bisnis dan investasi dari DK Consulting.

Jika investasi itu berjalan mulus, bisa dibilang, investor asal Eropa terutama dari Perancis, sangat agresif berekspansi ke Indonesia.

Sebelumnya gergasi media asal Prancis, Vivendi SA juga berencana mengakuisisi sebagian saham PT Global Mediacom Tbk (MNCN). Selain Vivendi yang akan mencicipi pasar stasiun televisi, Michelin bahkan sudah melangkah lebih dulu dengan merealisasikan investasinya.

Berpatungan dengan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), keduanya membangun pabrik synthetic rubber senilai US$ 435 juta.

Investor asal Prancis lainnya, Vinci, juga bekerjasama dengan BUMN Indonesia Tourisme Development Corporation (ITDC) berencana membangun sirkuit Moto GP di kawasan pariwisata Mandalika, Lombok, senilai US$ 1 miliar.

Menurut Djoko, masuknya investor asing ke Indonesia sangat baik. Hal itu menunjukkan bahwa iklim investasi di Indonesia kondusif. Selain jumlah penduduknya yang besar, sumber daya alam di sini masih menarik buat investor asing.

"Masuknya investor asing bisa ikut mengembangkan industri lokal karena kekuatan modal yang dimiliki. Dan ini bisa terjadi jika industri lokal dilibatkan sebagai partner lokal," papar Djoko.

Maraknya investasi asal Eropa tersebut buah dari keseriusan pemerintah Indonesia dalam mengundang investor asing berinvestasi ke negeri ini. Salah satunya adalah pemberian fasilitas libur pajak.

Menurut Kepala Subdit Peraturan Pemotongan dan Pemungutan PPh dan PPh Orang Pribadi, Direktorat Peraturan Perpajakan II, Sulistyo Wibowo, saat ini ada 12 investor yang mendapatkan fasilitas tersebut. “Ke-12 investor tersebut menanamkan modal sebesar Rp 210,8 triliun,” kata Sulistyo Wibowo.

Khususnya di sektor pengolahan kapas, tidak hanya perusahaan asal Eropa yang berniat berinvestasi. Sedikitnya ada dua negara lain yang memiliki minat serupa, yaitu China dam Korea Selatan yang berencana mengembangkan bisnis kapas di Indonesia.

Hal itu karena adanya keterbatasan aturan di masing-masing negara tersebut, sehingga tidak dapat mengembangkan bisnis kapas di sana. Sektor pengolahan kapas di Indonesia, yang tidak termasuk ke dalam daftar negatif investasi, turut menciptakan daya tarik investor asing.

Produsen kapas untuk kecantikan, kesehatan dan industri yang terintegrasi dari hulu ke hilir di Indonesia juga sangat terbatas, tercatat hanya ada dua perusahaan, salah satunya perusahaan terbuka, yang sahamnya sudah tercatat di Bursa Efek Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×