kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Inalum rencanakan konstruksi smelter pada tahun 2019


Minggu, 10 Juni 2018 / 14:22 WIB
Inalum rencanakan konstruksi smelter pada tahun 2019
ILUSTRASI. Suasana pabrik Inalum


Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) akan mempercepat pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) aluminium di Kalimantan Utara (Kaltara) dengan kapasitas satu juta ton aluminium.

Rencananya, pada tahun depan pembangunan smelter ini akan memasuki tahap konstruksi, dan dijadwalkan tahun 2022 smelter aluminium ini sudah bisa beroperasi.

Chief Financial Office Inalum Oggy Kosasih mengatakan saat ini pembangunan smelter memang belum terlaksana lantaran belum ada kepastian pasokan listrik untuk smelter di Kaltara itu. Sementara, pihaknya sudah meneken nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) pada tahun 2015 dengan Gubernur Kaltara atas lokasi smelter dengan luas wilayah sebesar 600 hektare (ha).

"Kita akan mendirikan smelter ini, jika ada sumber energi. Tapi sampai dua tahun ini tidak ada apa-apa," terangnya Oggy kepada Kontan.co.id, pekan lalu.

Smelter yang akan dibangun oleh Inalum ditargetkan bisa selesai dalam waktu tiga tahun. Menurut Oggy, dalam tiga tahun itu akan ada dua tahap. Tahun pertama, Inalum akan membangun smelter dengan kapasitas 500.000 ton aluminium dulu. Selanjutnya kapasitas full akan diselesaikan dalam waktu tiga tahun itu.

Seharusnya, kata Oggy, jika kepastian suplai listrik sudah ada sejak tahun 2015, kapasitas full smelter aluminium Inalum ini sudah bisa diproduksi 1 juta ton pada tahun ini. Hanya saja, sejak saat itu sampai kini harga yang ditawarkan untuk suplai listrik oleh PT PLN (Persero) masih belum bisa disepakati.

"Kita bilang kalau angkanya US$ 2 cent kita tidak mau," ungkapnya.

Untuk membangun smelter di Kaltara itu, Inalum akan menggelontorkan investasi senilai US$ 3 miliar. Dengan rincian, 30% dari kas internal dan 70%nya berasal dari pinjaman bank.

Berkait dengan itu, berdasarkan tidak adanya suplai listrik untuk smelter, maka saat ini pihaknya juga sedang melakukan feasibility sudy (FS) untuk pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Sungai Kayan. 

Sejauh ini, kata Oggy, belum bisa diketahui berapa kapasitas dari PLTA itu lantaran masih berubah-ubah.

"Inalum akan bikin FS dulu, angkanya dua tahun tidak jelas potensi listriknya. Yang kita tangkap 1.000 MW dulu. Potensi ada lima titik berubah-ubah kapasitas listriknya," ungkapnya.

Dengan kapasitas yang masih berubah-ubah, pihaknya sudah bilang kepada Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan bahwasanya pihaknya akan membiayai FS terlebih dahulu.

"Target FS satu tahu, PLTA selesai 2025 sudah mulai. Untuk smelter tahu 2019 sudah ada EPC kontraktornya," jelas Oggy.

Pekan lalu, Dirut Inalum, Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa pertemuan dengan Menko Maritim, Luhut Binsar Panjaitan membicarakan rencana pembangunan smelter dan PLTA Sungai Kayan.

"Saya diminta untuk mempercepat pembangunan PLTA di Kaltara. Pak Luhut maunya secepat mungkin lah. Kalau bangunnya kan perlu lima tahun. Tapi mulainya disuruh cepat, semoga bisa mulai tahun depan,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×