kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indonesia butuh banyak kilang baru


Senin, 06 September 2010 / 16:22 WIB
Indonesia butuh banyak kilang baru


Reporter: Fitri Nur Arifenie |

JAKARTA. Penandatangan memorandum or understanding (MoU) perluasan Kilang Balongan antara PT Pertamina (Pesero) dan Kuwait Petroleum Company (KPC) akhir Agustus lalu membawa harapan baru. Ini adalah rencana lama yang baru terealisasi.

Dengan target mulai pembangunan kilang Balongan dimulai awal 2011, setidaknya ada harapan Indonesia bisa mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak (BBM) impor. Maklum, konsumsi BBM nasional memang terus naik seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan laju kendaraan.

PT Pertamina (Persero) menghitung, 30% kebutuhan BBM nasional saat ini berasal dari impor. Sedangkan 70% hasil produksi sendiri. Direktur Pengolahan Pertamina, Edi Setianto menguraikan, kebutuhan avtur bisa dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Namun untuk premium, sekitar 56% kebutuhan masih ditutup dari impor. Adapun impor solar sebanyak 20% dari kebutuhan. "Karena itulah kita membutuhkan pembangunan kilang dengan segera,” ujar Edi kepada KONTAN.

Dengan penambahan konsumsi BBM yang rata-rata sebesar 3,5% per tahun, maka kita membutuhkan penambahan infrastruktur kilang untuk menjaga ketahanan stok BBM di dalam negeri. Tanpa penambahan kilang baru, maka di 2017 ketergantungan kita pada BBM impor mencapai lebih dari 50%.

Hingga tahun lalu, Indonesia mengalami kekurangan kapasitas kilang hingga 150.000 barel per hari (MBSD). Pada 2012, diperkirakan akan meningkat menjadi 300 MBSD, dan 600 MBSD pada 2017.

Kebutuhan kilang akan kian terasa manakala ada beberapa kilang memasuki turn around alias perawatan. Dengan kapasitas kilang yang mengecil, impor pun membesar. Karena itu, Pertamina menargetkan penambahan kapasitas di sejumlah kilang. Antara lain, Kilang Dumai dan Kilang Balongan.

Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan menargetkan, hingga 2015, ada tambahan pasokan minyak mentah 80.000 barel per hari (bph) dari Kilang Dumai, 200.000 bph dari kilang Balongan, dan 150.000 bph dari kilang di Jawa Barat dan Jawa Timur.

Dia menargetkan, di tahun 2015, Pertamina akan stop impor BBM. Dengan syarat,, kapasitas kilang milik Pertamina yang saat ini mendekati 1 juta bph berhasil meningkat menjadi 1,5 juta bph di 2015.

Namun, membangun kilang butuh investasi besar. Untuk membangun satu kilang berkapasitas 150.000 barel per hari, butuh investasi US$ 5 miliar atau Rp 45 triliun. Sedangkan untuk membangun kilang kapasitas 600.000 barel per hari, butuh investasi US$ 20 miliar atau Rp 180 triliun. Besarnya investasi inilah yang menyebabkan hingga kini Pertamina cuma punya enam kilang.

Yang tak kalah penting, imbuh Edi, bisnis ritel kilang harus terintegrasi. Karena, sebuah kilang diharapkan tak hanya memproduksi BBM, melainkan juga memproduksi produk petrokimia. Sehingga, sebuah kilang akan membawa nilai tambah bagi Pertamina.

Untuk itu, sebelum membangun kilang, Pertamina harus mencapai kesepakatan dengan industri petrokimia atas produk hilir kilang tersebut.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×