kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri kimia turun karena tertekan pelemahan rupiah


Senin, 14 Mei 2018 / 15:58 WIB
Industri kimia turun karena tertekan pelemahan rupiah
ILUSTRASI. Pabrik Chandra Asri Petrochemical


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski sebagian besar sektor Industri Kimia, Tekstil dan Aneka (IKTA) tercatat tumbuh positif di kuartal I-2018, namun industri kimia cenderung tertekan di awal tahun ini. 

Kementerian Perindustrian (Kemperin) mencatat sampai kuartal I-2018 industri kimia turun 12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Achmad Sigit Dwiwahjono, Direktur Jenderal IKTA Kemperin menjelaskan ketergantungan industri kimia baik kimia dasar maupun petrokimia terhadap bahan baku impor menyebabkan pertumbuhan minus tersebut. "Selama ini beli pakai dolar karena impor, sementara saat ini rupiah melemah jadinya ada kenaikan biaya," sebutnya saat ditemui di Kemperin, Senin (14/5).

Sigit mencontohkan untuk industri petrokimia, sekitar 90% kebutuhan bahan baku industri kimia berasal dari impor. "Nilainya setiap tahun hampir Rp 20 triliun lebih (impor bahan baku)," ujar Sigit.

Oleh karena itu Kemperin, kata Sigit, berusaha mendorong sektor hulu dari industri kimia ini. "Seperti kawasan Bintuni, atau Nafta Cracker-nya Chandra Asri dan Lotte Chemical kami berusaha dorong. Sebab kalau tidak (industri) bakal impor terus," terang Achmad.

Maka tak heran, jika diperhatikan kinerja perusahaan petrokimia seperti PT Lotte Chemical Titan Tbk (FPNI) di kuartal I-2018 mencatat penurunan pendapatan 14% year on year (yoy), dari US$ 118 juta di kuartal I-2017 menjadi US$ 110 juta di kuartal I-2018. Sementara laba bersih anjlok 84% dari US$ 1,65 juta menjadi US$ 255.000 saja di tiga bulan pertama tahun ini.

Sementara produsen kimia dasar seperti PT Emdeki Utama Tbk (MDKI) juga mencatat penurunan laba bersih 68% dari Rp 14,7 miliar di kuartal I-2017 menjadi Rp 4,6 miliar di periode yang sama tahun ini. Padahal dari segi pendapatan bersih perseroan tumbuh 31% dari Rp 77 miliar di kuartal I-2017 menjadi Rp 101 miliar di kuartal I-2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×