kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,01   -11,51   -1.23%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini dua analisa YLKI soal tagihan listrik masyarakat yang membengkak


Senin, 04 Mei 2020 / 07:43 WIB
Ini dua analisa YLKI soal tagihan listrik masyarakat yang membengkak
ILUSTRASI. Pelanggan melakukan pengisian?token listrik di Rumah Susun Pejompongan, Jakarta Pusat, Rabu (1/4/2020). PT PLN (Persero) siap melaksanakan kebijakan pemerintah terkait pembebasan pembayaran listrik bagi 24 juta pelanggan dengan daya 450 Volt Ampere (VA).


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menegatakan meski sudah ada penegasan tidak ada kenaikan tarif listrik dari manajemen PLN, namun fakta di lapangan banyak pelanggan yang melaporkan adanya kenaikan tagihan listrik. Kenaikan tagihan tersebut beragam, sekitar 20 hingga 30%, bahkan sampai dua kali lipat. 

Menurutnya, ada beberapa penyebab kenaikan tagihan listrik yang dirasakan oleh banyak pelanggan, tidak terkecuali di rumahnya. Pertama, adanya work from home (WFH) yang membuat peningkatan penggunaan listrik selama di rumah.

"Efek dari work from home, konsumen ada peningkatan penggunaan listrik selama di rumah, seperti untuk kipas angin, nonton TV, bahkan AC," kata Tulus saat dihubungi Kompas.com, Minggu (3/5/2020). 

Tulus menyebut kenaikan tersebut bisa mencapai 20-30 persen dari biasanya. Penyebab kedua menurut Tulus adalah tidak adanya petugas pencatat meter PLN ke rumah konsumen, sehingga PLN menggunakan formulasi tertinggi. "Efeknya pada kenaikan tagihan karena ada kenaikan pemakaian kWh listrik," jelas dia.

Kesalahan dari PLN

Karenanya, YLKI menyarankan kepada masyarakat agar melapor ke PLN untuk meminta klarifikasi jika kenaikannya lebih dari 30%, bahkan 50%. Sebab, apabila kenaikan mencapai 50%, Tulus menyebut kemungkinan besar ada kesalahan dari pihak PLN. "Tapi jika hanya 20-30% kenaikannya dari biasanya, itu masih normal karena efek work from home," kata dia. 




TERBARU

[X]
×