kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini sederet masalah Pertamina dalam digitalisasi SPBU


Rabu, 26 Februari 2020 / 17:06 WIB
Ini sederet masalah Pertamina dalam digitalisasi SPBU


Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya pemasangan digitalisasi nozzle pada Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) terus dilakukan oleh PT Pertamina (Persero) dan ditargetkan selesai di bulan Juni nanti. Hanya saja, program tersebut bukan lah tanpa tantangan.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, pihaknya menemui beberapa kendala teknis selama program pemasangan digitalisasi nozzle berlangsung.

Salah satunya adalah sebagian besar SPBU Pertamina yang beredar di Indonesia dimiliki oleh mitra. Kondisi tersebut memungkinkan pihak mitra membangun sistem teknologi berdasarkan versinya masing-masing. Alhasil, Pertamina perlu waktu untuk melakukan sinkronisasi teknologi dalam pemasangan nozzle di SPBU tersebut.

Baca Juga: Pertamina mempercepat penerapan digitalisasi SPBU

Selain itu, Pertamina menemui hambatan berupa sebagian perlengkapan digitalisasi nozzle diimpor dari China. Lantaran virus corona sedang menjangkiti negara tersebut, perlengkapan tersebut masih tertahan dan belum bisa diangkut ke tanah air.

"Ini sedang kami cari solusinya dan alternatif tempat pembeliannya," ujar Nicke saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Gedung DPR RI, Selasa (25/2).

Di sisi lain, ada juga kendala non teknis yang dihadapi oleh Pertamina yakni berupa keengganan sejumlah oknum pemilik SPBU untuk memasang teknologi nozzle di tempatnya.

"Mereka mempertanyakan apa keuntungannya bagi kami," imbuh Nicke.

Padahal, keberadaan digitalisasi nozzle bisa membuat pengelola SPBU mengetahui stok Bahan Bakar Minyak (BBM) di tempat penampungan yang ada di SPBU. Diharapkan, pengelola SPBU tak perlu menunggu sampai stok habis dan Pertamina akan segera menyalurkan pasokan BBM baru ke tempat tersebut.

Secara umum, digitalisasi nozzle pada SPBU akan memperbaiki manajemen penjualan ritel BBM Pertamina. Risiko transaksi tidak wajar yang dapat berujung pada pencurian atau penyelundupan BBM juga bisa diminimalisir dengan adanya teknologi tersebut.

Baca Juga: BPH Migas temukan 404 kasus penyelewengan BBM, Pertamina kebut digitalisasi nozzle

"Nanti bisa dilacak transaksi yang tidak wajar seperti pembelian BBM hingga lebih dari 200 liter per mobil," ungkap Nicke.

Terlepas dari adanya sejumlah kendala, Nicke optimistis Pertamina bisa memasang teknologi digitalisasi nozzle di 5.518 SPBU sampai bulan Juni mendatang. Sedangkan saat ini, ia mengklaim sudah lebih dari 3.500 SPBU yang dipasangkan teknologi tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×