kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Intraco Penta (INTA) siapkan belanja modal hingga Rp 15 miliar tahun ini


Jumat, 17 Mei 2019 / 19:42 WIB
Intraco Penta (INTA) siapkan belanja modal hingga Rp 15 miliar tahun ini


Reporter: Filemon Agung | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Perusahaan penyedia solusi alat berat, PT Intraco Penta Tbk (INTA) menyiapkan belanja modal sekitar Rp 10 miliar - Rp 15 miliar pada tahun 2019 demi memperbaiki kinerja perusahaan yang masih merugi beberapa tahun belakangan.

Investor Relations INTA Ferdinand D mengatakan, belanja modal ini bersumber dari internal kas perusahaan dan pinjaman dari sejumlah investor. Belanja modal akan dialokasikan untuk membiayai bisnis sejumlah anak usaha.

"Untuk bisnis alat berat, kita berencana membuka cabang di Jawa, Kalimantan dan Sumatra pada tahun 2019," ujar Ferdinand, Jumat (17/5).

Besaran dana yang dialokasikan diharapkan mampu meminimalisir atau setidaknya memperbaiki kinerja keuangan perusahaan di tahun 2019. Berdasarkan laporan keuangan, pada 2018 perusahaan mencatatkan kerugian Rp 399,53 miliar atau tidak lebih baik dari pencapaian tahun sebelumnya yang merugi sebesar Rp 279,60 miliar.

Meski merugi, INTA memperoleh peningkatan pendapatan. Pada akhir tahun 2018 pendapatan perusahaan sebesar Rp 2,78 triliun, tumbuh 34,42% dari pencapaian periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp 2,06 triliun.

Pendapatan ini berasal dari penjualan alat berat yang mengalami pertumbuhan sebesar 13% atau memberikan sumbangsih sebesar 83% dari pendapatan ditahun 2018. Persentase itu setara Rp 2,30 triliun.

Meski belum merilis laporan keuangan kuartal pertama 2019 namun secara umum Ferdinand bilang perusahaan akan tetap bertumpu pada lini alat berat. "Kita targetkan pertumbuhannya sekitar 10% ditahun ini," ujarnya.

Corporate Secretary INTA Stefanus Ardhanova menagatakan, perusahaan telah mengambil kebijakan di kuartal pertama demi mengurangi beban kerugian. "Kita sudah konversikan pinjaman dari kurs US$ ke rupiah," ungkap Stefanus. Stefanus menjelaskan fluktuasi kurs memang kerap mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×