kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45917,91   -17,61   -1.88%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investasi ketenagalistrikan masih rendah


Kamis, 23 Agustus 2018 / 06:09 WIB
Investasi ketenagalistrikan masih rendah
ILUSTRASI. PROGRAM TAMBAH DAYA PLN


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Realisasi investasi sektor ketenagalistrikan pada semester I-2018 masih jauh dari target. Asosiasi Perusahaan Listrik Swasta Indonesia (APLSI) mencatat, nilai investasi baru mencapai US$ 2,83 miliar atau baru 23,20% dari target tahun ini sebesar US$ 12,20 miliar.

APLSI mensinyalir masalah rendahnya nilai investasi sektor ini berpangkal dari daerah. Pasalnya, pengembang listrik swasta atau independent power producer (IPP) masih menemui berbagai kendala, seperti masalah lahan dan status hutan lindung. Bahkan, banyak daerah yang belum memiliki rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) yang jelas.

Juru Bicara APLSI Rizal Calvary menyatakan, investasi listrik belum bisa mendapatkan izin dari pemerintah pusat apabila izin RTRW belum jelas. Daerah masih menjadi penyebab realisasi investasi rendah. Banyak daerah yang belum siap, ungkap Rizal Calvary kepada KONTAN, Selasa (21/8) lalu.

Dari sisi pengembang, kata Rizal, pemerintah pusat sebenarnya telah mempermudahnya dengan meluncurkan sistem online single submission (OSS) yang merupakan pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi secara Elektronik. Sehingga, pengembang pembangkit listrik tidak perlu ke daerah untuk memperoleh izin lokasi. Tapi izin itu tidak diberikan pusat apabila RTRW-nya tidak jelas di daerah, imbuh dia.

Sebelumnya, Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Ditjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jisman Hutajulu menilai, data mengenai rendahnya investasi sektor kelistrikan pada semester I-2018 belum sepenuhnya lengkap. Sebab, banyak pengembang listrik swasta atau IPP yang belum melaporkan realisasi investasinya.

Ini (realisasi investasi) baru dari PLN, sedangkan di luar PLN banyak yang melakukan investasi. Saya menyurati supaya mereka melaporkannya, terang Jisman.

Untuk menggenjot investasi proyek listrik, Kementerian ESDM sudah memangkas regulasi untuk mempermudah dan mempercepat proses perizinan. Di sisi lain, tarif energi baru dan terbarukan (EBT) yang berlaku saat ini dinilai cukup menarik bagi investor. Dia optimistis target investasi tahun ini dapat tercapai.

Target investasi sempat diturunkan dari semula US$ 24,88 miliar menjadi US$ 12,20 miliar. Proyeksi itu direvisi lantaran banyak pengembangan proyek listrik bergesar ke tahun depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×