kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jatah garam industri masih jadi garam meja


Minggu, 11 November 2018 / 18:12 WIB
Jatah garam industri masih jadi garam meja
ILUSTRASI. Garam dapur


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produksi garam nasional dilaporkan telah mencapai 2,21 juta ton. Penyerapan garam oleh industri dilaporkan telah berlangsung untuk keperluan garam meja, namun belum sampai tahap garam industri.

Ketua Asosiasi Petani Garam Rakyat Indonesia (APGRI) Jakfar Sodikin menyatakan, produksi garam saat ini telah mencapai 2,21 juta ton dan mayoritas berasal dari Madura, Jawa Timur yang kualitas garamnya telah mencapai 97% NaCL.

Tapi, dengan kualitas yang telah mencapai kebutuhan industri, penyerapannya masih sangat minim. "Selain garam meja harusnya sudah bisa dipakai untuk industri, tapi ada perusahaan yang tidak jujur disini," katanya kepada Kontan.co.id, Minggu (11/11).

Tidak jujur dalam hal ini maksudnya adalah industri masih menganggap kadar NaCL garam rakyat masih di kisaran 94%. Oleh karena itu, penyerapan garam rakyat oleh industri yang telah mencapai 500.000 ton per awal November masih diperuntukan bagi garam meja.

Padahal, Jakfar melihat terdapat pangsa pasar besar bila industri juga mau menggunakan garam rakyat untuk kebutuhan Chlor Alkali Plant (CAP).

Di sisi lain, Ketua Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI), Tony Tanduk membenarkan bahwa penyerapan garam rakyat oleh industri baru digunakan untuk garam konsumsi, garam meja. Namun dalam catatannya, untuk 10 industri garam telah menyerap hingga 600.000 ton garam rakyat.

"Seharusnya bisa lebih besar lagi akhir tahun," kata Tony.

Menurutnya, industri masih menggunakan produk garam impor yang memiliki komponen yang tepat dan sesuai kebutuhan industri. Tony bilang, sebagian besar dari izin impor garam sebanyak 2,8 juta ton - 3 juta ton akan terealisasi pada Desember dekat ini dan mayoritas digunakan untuk industri alkali.

Adapun ia juga terbuka pada peluang impor bisa mencapai 3,7 juta ton pada awal tahun 2019 nanti. "Mungkin saja karena industri nya butuh untuk baku," katanya.

Mengutip pemberitaan Kontan sebelumnya, target tersebut sesuai rekomendasi yang diberikan Kementerian Perindustrian di awal tahun yang menilai kebutuhan bahan baku garam untuk industri nasional sekitar 3,7 juta ton pada tahun ini.

Garam tersebut akan disalurkan kepada industri CAP, untuk memenuhi permintaan industri kertas dan petrokimia sebesar 2.488.500 ton. Kemudian kepada industri farmasi dan kosmetik sebesar 6.846 ton serta industri aneka pangan 535.000 ton.

Sisanya, kebutuhan bahan baku garam sebanyak 740.000 ton untuk sejumlah industri, seperti industri pengasinan ikan, industri penyamakan kulit, industri pakan ternak, industri tekstil dan resin, industri pengeboran minyak, serta industri sabun dan detergen.


 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×