kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jurus pemasaran game developer lokal masih kurang optimal


Selasa, 03 Juli 2018 / 19:35 WIB
Jurus pemasaran game developer lokal masih kurang optimal
ILUSTRASI. Bekraf Developer Day


Reporter: Puspita Saraswati | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pendekatan terhadap game developer dari hulu tampaknya bisa jadi langkah awal yang cukup strategis untuk mengembangkan industri kreatif subsektor aplikasi dan game developer.

Dengan pendekatan yang dilakukan mulai lingkup terkecil, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) beranggapan bahwa iklim baik yang tersedia mulai dari lingkup terdekat dapat memacu berkembangnya industri kreatif lebih cepat.

“Kita bisa bantu pendampingan dan fasilitasi, tapi resources utama harus ada iklim yang baik dari kabupaten/kota itu sendiri. Ini yang harus kita sama-sama bangun, mungkin sering dengar pemerintah target seribu startup.” terang Harry N. Sukarna, selaku Kasubag Publikasi dan Hubungan Media Massa Bekraf, Senin (2/7).

Namun dari target 1000 start up tersebut, ternyata masih ada tantangan lebih besar yang menanti. Salah satunya Harry mengakui jika tidak semua start up bisa bertahan di lapangan, belum lagi persaingan dengan raksasa start up di luar negeri seperti Korea dan China.

“Karena kita semua sudah paham, dari 10 startup belum tentu 5 berhasil survive. Belum lagi ternyata Korea juga pasang target, seratus ribu target. China lebih sadis lagi, 1 juta!,” pungkasnya.

Selain itu, Narenda Wicaksono selaku Ketua Umum Asosiasi Game Indonesia juga mengungkapkan permasalahan yang selalu dihadapi game developer, yakni masalah pendanaan dan strategi pemasaran. Strategi pemasaran yang hanya bergantung pada promosi melalui sosial media dinilai masih kurang optimal.

“Tantangan terbesar adalah dalam funding dan strategi pemasaran. Hampir semua studio lokal yang ada menggunakan sosial media sebagai marketing campaign mereka. Jarang ada studio yang dapat membeli marketing campaign premium untuk memasarkan game mereka. Selain itu keterbatasan talent juga menjadi tantangan tersendiri dikarenakan talent yang benar-benar berkualitas itu langka,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×