kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,56   -6,79   -0.73%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kembangkan green fuel, Pertamina hemat US$ 500 Juta per tahun


Kamis, 27 Desember 2018 / 20:51 WIB
Kembangkan green fuel, Pertamina hemat US$ 500 Juta per tahun
ILUSTRASI. Pengolahan CPO menjadi Green Gasoline dan Green LPG secara co-processing


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Pertamina (Persero) tengah mengembangkan pengolahan minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) menjadi green fuel (Green Gasoline atau Green Diesel). Uji coba penggunaan Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO), produk turunan dari CPO, ini telah selesai dilakukan pada refinery Unit III Plaju, Sumatera Selatan.

Direktur Pengolahan Pertamina Budi Santoso Syarif mengungkapkan, sejak awal Desember 2018, Refinery Unit (RU) III Plaju telah mampu mengolah Crude Palm Oil (CPO) menjadi Green Gasoline dan Green LPG dengan teknologi co-processing yaitu penggabungan sumber bahan bakar nabati dengan sumber bahan bakar fosil yang diolah dengan proses kimia di dalam kilang.

Dari hasil uji coba co-processing tersebut, tercatat bahwa pengolahan tersebut bisa menghasilkan Green Gasoline Octane 90 sebanyak 405 MB/Bulan atau setara 64.500 kilo liter per bulan dan produksi Green LPG sebanyak 11.000 ton per bulan. Budi menjelaskan, RBDPO yang dicampurkan dalam kilang tersebut sebanyak 5%, dimana dengan jumlah tersebut, BBM yang dihasilkan memiliki oktan 90,7%.

Budi bilang, jika RBDPO itu dinaikan menjadi 7,5%, maka bisa menghasilkan BBM beroktan 91,3%. Artinya, penambahan RBDPO bisa meningkatkan kadar oktan, yang diproyeksikan bisa mengolah campuran 10% untuk menghasilkan BBM beroktan 91,6, dan 12,5% untuk oktan 92 atau setara Pertamax

"Ini mendukung upaya pemerintah untuk mengurangi penggunaan devisa, dimana Pertamina bisa menghemat impor crude sebesar 7,36 ribu barel per hari atau menghemat hingga US$ 160 juta setahun," kata Budi dalam media workshop di Cikini, Jakarta, pada Kamis (27/12).

Namun, dari hasil uji coba ini, Pertamina belum bisa memastikan kapan realisasi BBM beroktan tinggi dengan campuran RBDPO ini bisa dipasarkan secara komersial. Sebab, kata Budi, pengolahan ini masih terkendala supply chain RBDPO yang harus menunggu dari produsen sawit. "Yang perlu kita bicarakan itu supplay chain, sebab tergantung pada ketersediaan RBDPO. Jadi kalau ditanya realisasinya agak susah," katanya.

Yang jelas, selain di Plaju, uji coba serupa akan diikuti oleh kilang lainnya, yakni di RU Cilacap, Dumai dan Balongan. Co-processing ini akan dikembangkan untuk bahan bakar jenis green gasoline, green diesel dan green avtur. Jika uji coba green gasoline dijadwalkan pada Desember 2018, maka green diesel dijadwalkan pada Februari 2019 dan green avtur pada September 2019.

Budi menyebut, jika uji coba ini berhasil, maka Indonesia menjadi negara pertama yang sukses memproduksi BBM dengan RBDPO langsung dari kilang. Alhasil, dengan adanya pengembangan ini, harapannya impor BBM bisa ditekan, karena menurut Budi, Pertamina bisa menghemat hingga US$ 500 juta per tahun.

"Sehingga ini bisa mendukung pemerintah untuk ketahanan energi, nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) lebih tinggi karena sawit bukan impor, dan mengurangi defisit transaksi berjalan," tandasnya.

Adapun, berdasarkan data yang tercatat oleh Kementerian ESDM, volume impor BBM Ron 92 per November 2018 mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Hingga sebelas bulan terakhir, volume impor BBM jenis ini sebesar 8,5 juta KL, lebih besar dibanding November 2017 yakni 6,6 juta KL.

Badan Pusat Statistik (BPS) pun mencatat, defisit di sektor migas menjadi penyumbang terbesar bagi defisit neraca perdagangan pada November 2018, di mana neraca perdagangan pada periode ini membukukan defisit sebesar US$ 2,05 miliar. Defisit migas tercatat sebesar US$ 1,5 miliar dan defisit non-migas US$ 0,58 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×