kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kendala Kapuas Prima Coal (ZINC) dalam membangun smelter


Minggu, 07 Oktober 2018 / 15:34 WIB
Kendala Kapuas Prima Coal (ZINC) dalam membangun smelter
ILUSTRASI. PT Kapuas Prima Coal Tbk ZINC


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memaparkan progres pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian hasil penambangan (smelter) dari 5-30 September 2018 pada Senin (1/10) lalu.

Berdasarkan data itu, hanya beberapa perusahaan tambang yang mengalami perkembangan dalam membangun smelter, contohnya smelter milik PT Toshida Indonesia yang berlokasi di Sulawesi Tenggara. Perusahaan penghasil nikel ini mengalami peningkatan proses pembangunan smelter dari 2,8% pada 5 September menjadi 8,1 per 30 September.

Sementara untuk smelter yang dibangun oleh PT Amman Mineral Nusa Tenggara di Gresik Jawa Timur juga mengalami kenaikan menjadi 4,83% pada 30 September 2018, ketimbang 5 September baru mencapai 4,63%.

Smelter milik Amman Mineral Nusa Tenggara di Sumbawa Barat Nusa Tenggara Barat belum ada perkembangan selama periode 5-30 September 2018. Bahkan belum ada pembangunan fisik.

Belum adanya kemajuan pembangunan pabrik pengolahan juga dialami oleh PT Kapuas Prima Coal. Emiten berkode saham ZINC ini tengah membangun smelter timbal dan smelter seng.

Berdasarkan data dari ESDM, selama periode 5-30 September 2018, capaian pembangunan kumulatif pembangunan smelter seng milik ZINC yang berlokasi di Kalimantan Tengah ini masih 19,73% atau sama dengan capaian pada 5 September. Sementara untuk pembangunan fisiknya sudah mencapai 13,54%.

ZINC juga memiliki proyek smelter timbal yang hampir rampung pembangunannya. Yang mana capaian pembangunan kumulatif per 5 September mencapai 97,52% sama dengan capaian per 30 September 2018.

Direktur Kapuas Prima Coal Hendra Wiliam mengatakan dalam membangun smelter memang membutuhkan waktu yang cukup lama. Selain itu juga memerlukan dana yang besar. "Prosesnya masih memeperlukan waktu dalam pembangunan ini, apalagi smelter ini merupakan yang pertama di Indonesia. Kita harus benar-benar monitor," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (4/10).

Ia menambahkan, untuk pembangunan fisik smelter timbal sendiri sudah lengkap. Hanya saja masih ada satu perizinan yang belum dapat dikeluarkan ESDM sehingga belum dapat beroperasi.

Sedangkan untuk smelter seng, ia menargetkan tahun depan progres pembangunannya mencapai 35%-40% pada tahun depan dan rampung pada 2021. Untuk membangun smelter seng ini, ZINC perlu merogoh kocek US$ 30 juta. Terakhir, ZINC berencana melakukan penggalanggan dana dengan total US$ 120 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×