kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kesulitan bahan baku, industri pengemasan pasang target konservatif


Minggu, 29 Maret 2020 / 13:29 WIB
Kesulitan bahan baku, industri pengemasan pasang target konservatif
ILUSTRASI. Kesulitan bahan baku karena wabah corona, industri pengemasan memasang target konservatif di tahun ini.


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri pengemasan sejatinya tahun ini punya prospek yang cerah. Namun wabah corona (Covid-19) dan runtuhnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turut mempengaruhi laju bisnis ini.

Hal ini tercermin dari melesatnya harga bahan baku kertas, plastik dan aluminium foil untuk pengemasan akhir-akhir ini. Henky Wibawa, Direktur Eksekutif Federasi Pengemasan Indonesia (FPI) mengakui bahwa dari sisi permintaan pengemasan keperluan Fast Moving Consumer Goods (FMCG) sebenarnya order di pasaran tengah tinggi-tingginya.

Baca Juga: Siap-siap, harga produk plastik terancam naik gara-gara pelemahan rupiah

"Namun ada bebarapa kendala yang kami hadapi, misalnya bahan bakunya. Seperti yang diketahui untuk plastik dan aluminium foil 50% kebutuhan dalam didapat dari impor, umumnya terbesar dari China," terangnya kepada Kontan.co.id, Jumat (27/3).

Lebih lanjut, ia bilang, memang China sejak dua minggu ini sudah berproduksi normal, namun yang terhambat pengirimannya karena kapal banyak tidak tersedia. Serta kendala yang lain adalah nilai kurs rupiah yang drop banyak, sehingga akan susah bagi produsen memperhitungkan harga jual.

"Sehingga sangat susah tentunya untuk memprediksi bagaimana industri ini akan tumbuh selanjutnya," sebut Henky. Pertumbuhan industri pengemasan tahun ini sebenarnya tergantung bagaimana masalah-masalah tersebut teratasi.

Secara konservatif, Henky tetap yakin masih ada kesempatan industri tumbuh 4%-5% jika pertengahan tahun ini suplai bahan baku bisa relatif normal kembali. Selain itu pelaku industri juga berharap ada pembebasan segala bea masuk untuk bahan baku kemasan karena kondisinya belum tercukupi oleh pasokan dalam negeri.

Hal senada juga disampaikan oleh Aryan Warga Dalam, Ketua Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) bahwa pengawasan yang terlalu ketat di bahan baku pengemasan, seperti waste box menyulitkan dunia usaha di tengah situasi tipisnya pasokan bahan baku tersebut.

"Harapannya ada relaksasi, soalnya sekarang sudah menipis (pasokannya). Harga pun sudah naik hampir 40%," katanya kepada Kontan.co.id, Jumat (27/3). Stok produsen tidak banyak dan hanya bertahan untuk beberapa bulan ke depan.

Baca Juga: Asosiasi pedagang pasar sebut stok barang aman walau ada lonjakan pembelian

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×