kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kisah tukang pijat tunanetra bisa beli rumah berkat Go-Massage


Senin, 15 Oktober 2018 / 15:37 WIB
Kisah tukang pijat tunanetra bisa beli rumah berkat Go-Massage
ILUSTRASI. Layanan Go-Massage dari aplikasi Go-Jek


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemanfaatan teknologi ada kalanya benar membuang segala batasan. Bukan hanya batasan ekonomi, bahkan batasan fisik seperti penyandang disabilitas sekalipun.

Sumadi salah satunya. Bukan sekadar mengembangkan karir, difabel asal Jepara, Jawa Tengah, itu bahkan mampu mewujudkan mimpi punya rumah sendiri sejak bergabung dengan Go-Massage, salah satu layanan dari Go-Jek.

Sumadi menjadi mitra Go-Massage sejak 2015. Saat itu dia sedang cukup aktif menawarkan jasanya melalui media sosial.

Karena itu juga sedikit banyak mulai terbiasa dengan platform digital. ”Walaupun seorang tunanetra, bukan berarti saya tidak bisa melakukan hal yang berarti bagi orang terdekat saya, atau bukan berarti saya tidak dapat bersosialisasi dengan banyak orang. Karena tunanetra bukanlah akhir dari segalanya,” tutur Sumadi seperti dikutip dalam platform resmi talent Go-Jek, Senin (15/10).

Sebagai penyandang disabilitas tidak perlu diberi rasa iba dan jangan dipandang sebelah mata. Sebaliknya, hanya butuh peluang yang sama.

Melalui teknologi seperti Go-Massage, lanjut Sumadi, hal itu bisa diwujudkan. Sumadi berprinsip bahwa keterbatasan tidak boleh membatasi keadaannya. Ia percaya bahwa tunanetra bukan seharusnya dikasihani, tapi dipercaya bisa mandiri.

”Terus terang kalau saya melihat teman disabilitas yang ingin dikasihani, terus terang saya nggak suka. Karena sikap mereka yang seperti itu yang membuat orang jadi ragu. Sebenarnya apapun pekerjaan bisa, asal ada kemauan,” tegasnya.

Sejak bergabung Go-Massage, ayah dari dua orang anak itu menerima order. Go-Massage secara rata-rata tiga order di setiap harinya. Dengan rata-rata orderan itu, Sumadi sudah mampu menyisihkan sebagian penghasilan untuk menyicil rumah dengan cara Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Cileungsi, Jawa Barat. Memanfaatkan program hasil kerjasama GO-JEK dengan lembaga keuangan perbankan.

Penghasilannya selama bergabung di Go-Massage setelah dipotong untuk cicilan KPR itu, menurutnya, sudah bisa untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Pencapaian Sumadi saat ini buah dari perjalanan panjang setelah sebelumnya melewati perjalanan berliku ketika memutuskan mengadu nasib ke Jakarta pada 1990.

Saat itu, Sumadi bertekad mencari rezeki sebagai tukang pijat di ibukota. Sumadi kehilangan penglihatannya sejak berusia 10 tahun lantaran mengalami penurunan kualitas penglihatan (low vision) walau tidak mengalami kecelakaan atau sakit di bagian matanya.

Berbekal semangat dan cita-cita, Sumadi belajar pijat di panti pijat Dinas Sosial DKI Jakarta. ”Sejak saat itu saya mulai menekuni pijat memijat,” kenang Sumadi.

Selain di Dinas Sosial DKI Jakarta, kemampuan memijatnya juga didapat dari Panti Sosial Bina Netra.

Berbagai kesulitan melanda karena pada awalnya jumlah pelanggan masih sedikit. Sebaliknya kebutuhan hidup di Jakarta berjalan normal dan relatif tinggi.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×