Reporter: Abdul Basith | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) optimistis penerapan Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu (SVLK) mampu mengerek ekspor produk kayu Indonesia.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) KLHK, Bambang Hendroyoni bilang nilai ekspor produk kayu Indonesia mengalami peningkatan. Hal tersebut didorong oleh penerapan SVLK oleh industri.
"SVLK tinggi pengaruhnya, ekspornya secara nilai naik dari tahun 2016," ujar Bambang usai konferensi pers mengenai kunjungan Greenpeace ke Indonesia, Rabu (7/3).
Berdasarkan nilai, ekspor produk kehutanan Indonesia pada tahun 2017 mengalami peningkatan. Berdasarkan data KLHK, nilai ekspor produk kehutanan Indonesia tahun 2017 mencapai US$ 10,88 miliar.
Angka tersebut naik dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai ekspor produk kehutanan Indonesia tahun 2016 sebesar US$ 9,26 miliar.
Namun, berdasarkan volume, ekspor produk kehutanan Indonesia mengalami penurunan. Volume ekspor produk kehutanan tahun 2017 sebesar 15,19 juta ton lebih rendah dibandingkan volume ekspor tahun 2016 yang mencapai 17,45 juta ton.
Mengenai hal tersebut, Bambang menilai akan kembali melihat data ekspor produk kehutanan. "Saya akan lihat lagi karena yang kita lihat adalah totalitas," terang Bambang.
Sementara itu, industri pengolahan kayu mengalami penurunan pendapatan di tahun 2017. Salah satunya adalah PT SLJ Global Tbk.
Berdasarkan laporan keuangan, pendapatan emiten berkode saham SULI ini mengalami penurunan. Pendapatan SULI tahun 2017 turun menjadi US$ 65,92 juta dari sebelumnya yang mencapai US$ 73,71 juta.
Penurunan penjualan tersebut tidak membuat laba SULI merosot. Tahun 2017 laba tahun berjalan emiten pengolahan kayu ini melesat lebih dari 3 kali lipat.
Laba tahun berjalan SULI pada 2017 sebesar US$ 1,34 juta. Sementara pada tahun 2016 SULI hanya mencatatkan laba tahun berjalan sebesar US$ 383.448.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
