kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melongok terangnya bisnis kendaraan niaga


Minggu, 16 Desember 2018 / 17:52 WIB
Melongok terangnya bisnis kendaraan niaga
ILUSTRASI. Medium pikap Isuzu Traga


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan di segmen kendaraan niaga alias commercial vehicle memang menggembirakan ketimbang mobil penumpang. Segmen ini juga mampu berkembang diatas rata-rata pertumbuhan pasar.

Menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) sampai November tahun ini untuk kategori bus, pick up dan truk saja total penjualannya mencapai 240.902 unit, naik 18,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu 202.570 unit.

Kenaikan tertinggi berasal dari kategori truk yang tumbuh 28% year on year (yoy) menjadi 104.311 unit, dimana di sebelas bulan pertama 2017 hanya 81.334 unit. Sedangkan kenaikan penjualan pick up dan bus masing-masing dikisaran 12% yoy dan 2,4% yoy.

Kukuh Kumara, Sekjen Gaikindo masih memprediksi pertumbuhan pasar di tahun depan. "Tahun depan ada sinyal kuat akan tumbuh, terutama penjualan di segmen kendaraan niaga atau komersial walau belum diimbangi segmen kendaraan penumpang," ujarnya.

Dengan pertumbuhan dobel digit di sebelas bulan pertama tahun ini, segmen kendaraan niaga berada diatas rata-rata kenaikan penjualan mobil nasional yang Januari - November 2018 mencapai 1.063.464 unit, naik sekitar 7% dari periode yang sama tahun lalu sebanyak 994.799 unit.

Bagi Presiden Direktur PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) Ernando Demily, Indonesia diuntungkan sebagai salah satu negara berkembang dengan pertumbuhan ekonomi diatas 5% serta kenaikan jumlah middle class merangsang permintaan segmen mobil ini.

"Perkembangan kendaraan niaga di Indonesia sangat menjanjikan, tidak hanya didorong oleh sektor pertambangan dan komoditi, namun juga terbantu oleh pembangunan infrastruktur di Indonesia serta kenaikan logistik akibat tren belanja daring (e-commerce)," urainya kepada Kontan.co.di, Minggu (16/12).

Oleh karena itu tak heran, beberapa pemain baru mulai menjajaki masuk ke segmen kendaraan ini. Sebut saja Wuling Motors, yang belum lama ini resmi meluncurkan kendaraan Light Commercial Vehicle (LCV) pertamanya, Wuling Formo berkapasitas 1.200 cc.

Melihat fenomena tersebut, sebenarnya Ernando tak heran sebab ia mengakui tren pertumbuhan kendaraan niaga sangat menjanjikan. "Sehingga tentu menarik merk lain untuk ikut bermain," katanya.

Untuk kendaraan niaga, Ernando mengatakan Isuzu tetap mengunggulkan potensi mesin dieselnya untuk bersaing di pasar. Sampai November 2018 ini saja Isuzu mencatat pertumbuhan penjualan ritel light truck berada di atas 20% yoy.

Dia menjelaskan, pertumbuhan penjualan di segmen ini terbantu oleh penjualan di sektor pertambangan, logistik, dan transportasi. Penerimaan konsumen terhadap varian baru NMR 81 HD dinilai cukup baik.

Berdasarkan data Gaikindo penjualan ritel merek Isuzu secara keseluruhan mengalami pertumbuhan sebesar 23,8% sepanjang Januari—November 2018. Pada sebelas bulan pertama tahun ini, penjualan ritel merek Isuzu mencapai 22.256 unit, sementara pada periode yang sama tahun lalu hanya 17.976 unit.

Sementara itu APM Tata Motors yang fokus disegmen kendaraan niaga juga mengakui kekuatan pasar disegmen ini. Kiki Fajar, Corporate Communications Head PT Tata Motors Distribusi Indonesia (TMDI) menjelaskan pasar kendaraan komersil masih prospektif.

Dari catatan Tata penjualan ritel truk perusahaan dari April-September tahun ini sebanyak 180 unit, lebih tinggi 109% dibandingkan periode yang sama pada tahun fiskal 2017-2018. "Pasar logistik masih baik yang membantu penjualan. Merk seperti Wings Group dan DHL sudah mulai banyak beli produk kami," katanya.

Tata Motors memproyeksikan dalam periode tahun fiskal April 2018-Maret 2019, ada kenaikan penjualan 15%. Adapun dari data Gaikindo, penjualan ritel sales Tata Motors Januari - November 2018 mencapai 1.045 unit atau naik 9% dari periode sama tahun lalu sebanyak 958 unit.

Kedepan, Tata Motors merasa tantangan yang dihadapi perseroan terkait pembatasan kuota impor yang ditetapkan pemerintah beberapa saat lalu. Hal ini wajar saat ini Tata masih mengimpor produknya dari pabrik di India.

Kiki mengaku saat ini perusahaan memang punya visi untuk bisa merakit kendaraan secara Completely Knock Down (CKD). Namun perlu ada skala ekonomis yang bisa meyakinkan pihak prinsipal menaruh investasinya di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×