kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Memasuki musim panen, peternak masih mengeluh kekurangan jagung


Minggu, 17 Februari 2019 / 18:00 WIB
Memasuki musim panen, peternak masih mengeluh kekurangan jagung


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Silang pendapat data produksi dan panen jagung masih saja terjadi. Kementerian Pertanian (Kemtan) mengklaim telah terjadi panen jagung di berbagai daerah. Namun menurut laporan pengusaha dalam bidang peternakan ayam, panen di area-area sentra jagung masih relatif minim dan baru terjadi pada April depan.

Sebelumnya, Kemtan mengklaim panen jagung tengah berlangsung di berbagai daerah.

Ki Musbar Mesdi, Presiden Peternak Layer Nasional menyampaikan dalam kunjungannya ke Kendari dan Sumbawa baru-baru ini, panen di daerah tersebut masih sedikit. "Kemungkinan baru pada minggu ketiga-keempat bulan Maret," jelasnya kepada Kontan, Minggu (17/2).

Di area tersebut menurut Musbar, harga jagung dengan kadar air 15%-16% di tingkat petani di kisaran Rp 5.700 - Rp 5.800 per kilogram. Namun dalam pantauan harga jagung di area Surabaya dari informasi peternak, harganya di kisaran Rp 4.500 - Rp 4.800 per kilogram.

Harga ini menurutnya tidak masuk akal karena hasil panen tidak sesignifikan itu untuk menyebabkan pergerakan harga. "Maka ada kesan kalau dulu korbankan peternak, jangan-jangan sekarang korbankan petani," kata dia.

Oleh karena itu, pihaknya berharap besar pada impor jagung sebanyak 30.000 ton yang dikabarkan akan turun pada 2 Maret depan. Adapun dengan realisasi impor tersebut maka jagung yang akan sudah turun mencapai kurang lebih 130.000 ton dan masih ada sisa kuota penugasan sebesar 150.000 ton.

"Padahal seharusnya 180.000 ton itu bisa dihabiskan di 2 Maret itu saja karena Akana habis dalam waktu beberapa hari saja," jelasnya.

Menanggapi terkait impor tersebut, Sekretaris Jenderal Dewan Jagung Nasional Maxdeyul Sola menyatakan bahwa impor tersebut memang dibutuhkan terutama bagi peternak mandiri.

Alasannya karena panen jagung yang terjadi saat ini baru bersifat parsial di daerah Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sehingga panen tersebut jelas belum bisa memenuhi kebutuhan industri yang mencapai hingga 700.000- 800.000 ton per bulan.

"Panen raya kemungkinan baru di April minggu kedua," katanya. Dalam periode tersebut panen kemungkinan mencapai 60%-65% dari proyeksi panen nasional.
Asal tahu, dalam proyeksi panen jagung tahun 2018 oleh Kementan diperkirakan angkanya mencapai 30 juta ton.

Artinya dengan pertimbangan proyeksi hasil panen tahun lalu, pada periode April tersebut panennya bisa mencapai hingga 19 juta ton.
Tane Hadiyantono

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×