kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mendag menggenjot penyelesaian perjanjian dagang


Selasa, 23 Oktober 2018 / 13:06 WIB
Mendag menggenjot penyelesaian perjanjian dagang
ILUSTRASI. Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita


Reporter: Abdul Basith | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita terus menggenjot penyelesaian perjanjian dagang. Setidaknya, akan ada tiga perjanjian dagang yang akan tuntas. 

Salah satunya, Indonesia akan menyelesaikan perjanjian kerja sama ekonomi komperhensif Indonesia Australia (IA-CEPA). Sebelumnya secara substantif perundingan IA-CEPA telah selesai.

"IA-CEPA secara substantif sudah selesai tinggal kita ikuti kebijakan Menteri Luar Negeri (Menlu)," ujar Enggar, Selasa (23/10).

Hingga saat ini, perjanjian dagang yang telah diselesaikan oleh Indonesia sebanyak tiga perjanjian dagang. Tiga perjanjian dagang tersebut antara lain dengan Palestina, Chile, dan Australia yang selesai secara substantif.

Perjanjian dagang dengan Palestina diungkapkan oleh Enggar tidak menggunakan studi. Hal itu merupakan komitmen kebijakan luar negeri dengan Palestina.

Indonesia saat ini tengah memberikan permintaan terhadap kurma dan minyak zaitun dari Palestina. Selain Palestina, Indonesia juga telah menyelesaikan perjanjian kerja sama ekonomi komperhensif dengan Chile (IC-CEPA).

Meski begitu, Enggar bilang pemanfaatannya belum akan langsung dirasakan saat ini. "Chile baru selesai, ASEAN plus baru akan rapat dengan DPR," terang Enggar.

Selain tiga perjanjian yang akan selesai, Enggar bilang terdapat 13 perjanjian yang akan digenjot. Delapan perjanjian sedang berlangsung masa perundingan.

Tiga perjanjian sedang dalam masa peninjauan kembali. Selain itu ada dua perjanjian yang dalam proses inisiasi.

"Secara subtantif bisa selesai tahun ini, sebagain besar tahun depan bisa ditandatangani," jelas Enggar.

Sebelas perjanjian dagang diharapkan dapat diselesaikan tahun ini. Hal itu akan membuat peningkatan ekspor yang dapat dirasakan pada semester dua tahun 2019.

Salah satu yang ditargetkan dapat selesai tahun 2018 ini adalah kerja sama ekonomi komperhensif regional (RCEP). RCEP merupakan salah satu perjanjian yang menjadi prioritas.

Pasalnya pasar RCEP mencapai lebih dari 45% penduduk dunia. RCEP terdiri dari negara yang tergabung dalam Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) ditambah 6 negara lain yaitu China, India, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru.

"RCEP diharap tanda tangan tahun depan, ada perbedaan permintaan," kata Enggar.

Beberapa kepala negara dinilai memiliki tujuan yang sama untuk segera menyelesaikan perjanjian. Namun, tidak ada perjanjian antar negara yang tergabung dalam RCEP sebelumnya membuat perundingan semakin sulit.

Saaat ini satu persatu perjanjian pun mulai diproses untuk menyelesaikan perundingan RCEP. Enggar bilang saat ini tengah dilakukan proses perjanjian ASEAN dengan Australia dan Selandia Baru.

Selain RCEP, Indonesia juga tengah mendorong Indonesia - European Free Trade Association (EFTA) CEPA. Penyelesaian itu diharapkan dapat dilakukan pada pertemuan berikutnya di Bali.

Indonesia juga tengah menggenjot perjanjian dagang dengan skema Preferential Trade Agreement (PTA). Tiga PTA ditargetkan selesai tahun ini yaitu dengan Mozambik, Tunisia, dan Maroko

Perjanjian dagang diakui Enggar merupakan cara untuk membuka akses pasar. Hal itu untuk meningkatkan ekspor Indonesia.

Adapun acara ini diselenggarakan pada 22 Oktober sampai 23 Oktober 2018 dengan mengusung tema "Inclusion in Sharia Economy: A New Paradigm".

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×