kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,59   -6,76   -0.73%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mitsui Jepang hengkang dengan jual 45,5% saham Paiton, bisnis PLTU tak menarik?


Selasa, 30 Juni 2020 / 07:40 WIB
Mitsui Jepang hengkang dengan jual 45,5% saham Paiton, bisnis PLTU tak menarik?


Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Investor asing di bisnis pembangkit listrik mulai hengkang. Desas-desusnya tiga pemegang saham PLTU Paiton yang dioperasikan PT Paiton Energy di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur dengan kapasitas 2.045 Megawatt (MW) akan menjual seluruh sahamnya atau 95% saham mereka di sana.

Ada tiga investor asing di PLTU Paiton, yakni Mitsui Corp Jepang yang merupakan pemegang saham terbesar dengan 45,5%, Nebras Power Qatar memiliki 35,5%, kemudian Jera, yakni Joint Venture antara Tokyo Electric Power Group dan Chubu Electric Power Group yang memiliki 14%.

Baca Juga: Ini alasan IESR prediksi kinerja keuangan PLN bisa membaik di Semester II-2020

Sedangkan sisanya 5% saham PLTU Paiton dimiliki oleh perusahaan Indonesia yakni PT Toba Bara. Paiton Energy yang didirikan pada tahun 1994 merupakan pemasok 6% kebutuhan energi listrik di Pulau Jawa dan Bali.

Ketua Umum Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia (APLSI), Arthur Simatupang mengatakan bahwa dirinya belum menerima informasi rencana penjualan itu. "Informasi yang saya terima belum confirm," kata Arthur Arthur yang juga Direktur Toba Bara ke Kontan.co.id, Selasa (30/6).

Dia mengatakan, meski Toba Bara memiliki 5% saham di Paiton, pihaknya belum ada rencana untuk membeli saham Mitsui. "Apabila ada rencana akan ada pemberitahuan resmi," imbuh dia.

Sebenarnya, kabar penjualan Mitsui sudah sampai pada Mei 2020 lalu. Mengutip Bloomberg, Mitsui bekerja dengan seorang penasihat untuk membahas potensi divestasi 45,5% PLTU Paiton.

Kesepakatan tersebut diperkirakan bernilai lebih dari US$1 miliar. Meskipun Mitsui belum memulai proses penjualan formal, tetapi perusahaan mulai menarik minat dari calon pembeli, termasuk produsen listrik regional.

Baca Juga: Pengamat: Kerugian PLN bisa terus berlanjut hingga pemulihan ekonomi pasca Covid-19

Adapun Nebrass juga sempat mengutarakan niatnya menjual saham di Paiton. Laporan Reuters yang mengutip Bloomberg pada Rabu (27/3/2020) memaparkan bahwa Nebras memiliki 35,5% saham di Paiton dengan nilai lebih dari US$ 1 miliar.

Nebras telah melakukan pembicaraan awal dengan penasihat keuangan potensial, tetapi belum memulai proses penjualan formal, menurut laporan itu. Nebras, dimiliki bersama oleh Perusahaan Listrik dan Air Qatar dan Qatar Holding. Nebras membeli saham Paiton pada 2016.

Seperti diketahui, Nebras melalui Nebras Power Netherland BV sudah menuntaskan akuisisi 22 Desember 2016. Niat akuisisi itu sudah terbersit pada Februari 2016. Dengan akuisisi tersebut, akses Nebras kepada pasar Indonesia dan Asia Tenggara akan terbuka lebar.

Perusahaan asal Qatar itu menggelontorkan dana senilai US$ 1,35 miliar untuk menggenggam 35,5% saham PT Paiton Energy. Seperti diketahui, Nebras Power memang tengah membidik proyek-proyek kelistrikan di Indonesia dan beberapa negara Asia Tenggara lain, seperti Malaysia, Singapura, Filipina dan Vietnam. Akuisisi Paiton merupakan langkah awal masuknya perusahaan tersebut di wilayah Asia Tenggara.

Khalid Mohammed Jolo, CEO Nebras Power, menyatakan, akuisisi ini menegaskan komitmen perusahaan yang dipimpinnya untuk melebarkan sayap ke Asia Tenggara sebagai perusahaan energi global terkemuka. "Ini mencerminkan keyakinan kami di pasar Indonesia," ujarnya, pada Januari 2017 mengutip media Qatar bq-magazine.co.

Selanjutnya, JERA Co, yang merupakan perusahaan patungan antara Tokyo Electric Power Co. dan Chubu Electric Power Co. Perusahaan patungan ini memang tak terdengar ingin menjual kepemilikan sahamnya di Paiton.

Penjualan Listrik Turun

Wabah virus corona berdampak luas dan telah menjalar ke berbagai sektor. Aktivitas ekonomi yang tertekan telah menurunkan tingkat konsumsi energi, termasuk listrik. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) pun mencatatkan pemakaian setrum bisa turun cukup dalam.

Direktur Bisnis Regional Jawa, Madura dan Bali PLN Haryanto WS mengungkapkan, beban puncak di sistem kelistrikan Jawa-Bali kini menjadi 23.700 Megawatt (MW). Jumlah itu turun 11,2% dibandingkan beban dalam kondisi normal.

Kendati begitu, Haryanto memastikan, pasokan listrik untuk wilayah Jawa, Madura dan Bali tetap terjaga dan cadangan daya yang surplus. "Secara sistem saat ini beban Jawa Bali turun akibat Covid-19. Cadangan lebih dari cukup, sangat aman," ungkapnya saat dihubungi Kontan.co.id, 4 April 2020 lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×