kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Munculnya VR theme park dan VR standalone tingkatkan pasar VR di Indonesia


Kamis, 07 Maret 2019 / 17:10 WIB
Munculnya VR theme park dan VR standalone tingkatkan pasar VR di Indonesia


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Tren virtual reality (VR) makin bertumbuh di Indonesia. Adapun hal tersebut merujuk pada permintaan service yang meningkat hingga 2,5x dibandingkan tahun 2017.

Andes Rizky, Co-Founder Shinta VR menyebutkan bahwa trennya berdasarkan data pendapatan perusahaan terus alami pertumbuhan. "Dibandikan tahun 2017, pendapatan kami tumbuh 2,5x lipat yang mana nilainya sangat besar," ujarnya tanpa menyebutkan angkanya saat dihubungi kontan.co.id, Rabu (6/3).

Selain sebagai Co-Founder perusahaan, Andes yang juga menjabat sebagai Ketua Indonesian VR/AR Association (INVRA) mengatakan bahwa saat ini dari produsen VR sendiri mulai banyak meluncurkan perangkat VR tipe berdiri sendiri (standalone). Dengan begitu, ia melihat potensi untuk menyasar segmen menengah lantaran harga yang cukup terjangkau.

Adapun harga dari tipe standalone sendiri disebutnya kisaran US$ 400 - US$ 600. Lanjutnya dibandingkan VR yang dapat connect yang PC yang mana investasinya bisa mencapai Rp 35 juta hingga Rp 40 juta lantaran PC yang digunakan juga harus memiliki teknologi yang memadai.

Selain itu, makin banyaknya VR theme park di Jakarta turut mendorong minat masyarakat untuk memainkan VR. Oleh sebab itu, ia menilai pasar VR di Indonesia akan terus berkembang khususnya dengan makin maraknya VR tipe standalone tersebut.

"Jadi minat masyarakat Indonesia memang sedang bertumbuh saat ini, hanya saja kebanyakan dari mereka masih menunggu VR yang standalone supaya terjangkau harganya," terangnya.

Untuk gim VR sendiri, ia menilai bahwa makin banyaknya dikembangkan gim tipe multiplayer dan network social gim membuat orang-orang tertarik untuk memainkannya bersama-sama.

Sedangkan Jan Faris Majd, Manajer Operasional Asosiasi Game Indonesia (AGI) menilai bahwa VR sebagai platform edukasi atau promosi daripada menjadi gim sendiri. "Walau memang saat ini ada cardboard VVR, tapi untuk gim sendiri masih belum proper," terangnya.

Hal tersebut disebutnya lantaran harga perangkat VR yang masih mahal dengan rata-rata di atas Rp 10 juta. Hanya saja, berdasarkan riset International Data Corporation (IDC) Asia Pasifik menyebutkan bahwa pengeluaran negara-negara di Asia Pasifik, untuk perangkat augmented reality (AR) dan (VR) diperkirakan mencapai US$ 11,1 miliar pada 2018.

Angka tersebut bertumbuh lebih dari 100% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya mencapai US$ 4,6 miliar. Disebutkan pula bahwa sektor konsumen akan terus mendorong pertumbuhan untuk produk dan layanan AR / VR yang memegang porsi 51,3% dari keseluruhan pengeluaran pada tahun 2018.

Sejalan dengan tren tersebut, gim Augmented reality di sektor konsumen disebut sangat menjanjikan dan diproyeksikan dalam 5 tahun ke depan mencapai 90,9% CAGR. Sementara gim realitas virtual akan mencatat pertumbuhan 54,7% CAGR untuk perkiraan 5 tahun ke depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×