kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

New normal, industri properti mencari titik keseimbangan baru


Rabu, 12 Agustus 2020 / 23:16 WIB
New normal, industri properti mencari titik keseimbangan baru


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan indeks harga properti residensial (IHPR) yang melambat diprediksi turut memberikan dampak pada permintaan rumah subsidi.

Sekretaris Jendral Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman (Apersi) Daniel Djumaidi menyebutkan sektor properti saat ini akibat melambatnya pertumbuhan IHPR turut memberikan pengaruh terhadap permintaan untuk segmen properti menegah bawah. "Segmen menengah atas turun drastis 50%-60% yang menengah bawah juga kena penurunan sekitar 30%-40% dari sisi permintaan," kata Daniel kepada kontan.co.id, Rabu (12/8).

Walaupun terjadi penurunan, industri properti tetap bisa berjalan. Hanya saja, tergantung lingkungan dari perumahan. Lanjutnya, hal tersebut disebabkan saat ini banyak orang yang menerapkan bekerja dari rumah atawa work from home (WFH) sehingga pasti membutuhkan tempat tinggal dengan lingkungan yang nyaman.

Baca Juga: Agung Podomoro Group luncurkan hunian kota mandiri Podomoro Tenjo mulai Rp 200 jutaan

Penyusutan permintaan juga ditengarai dari pihak bank yang berupaya menjaga tingkat kredit macet. Selain itu, juga dari ketentuan Kementerian PUPR dalam hal ini Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (PPDPP). "Minimal ada 29 formulir ketentuan yang harus dipenuhi konsumen MBR," tuturnya.

Daniel mengatakan, maksud pemerintah baik untuk menjaga kondisi kredit. Di sisi lain, konsumen rumah MBR lama untuk mendapatkan persetujuan KPR rumah bersubsidi.

Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch Ali Tranghada mengatakan, berdasarkan dengan kondisi saat ini daya beli tetap ada. Namun, dia menyarankan pengembang memahami bagaimana kebutuhan masyarakat sehingga mampu menyesuaikan metode pembayaran.

Baca Juga: REI: Harga merosot, konsumen lebih detail memilih properti seken

Sebab, pembayaran secara tunai pada kuartal II meningkat cukup tinggi dari 10% menjadi sekitar 14,17% dibandingkan pertumbuhan pembayaran dengan skema KPR yang tumbuh tipis dari 83% menjadi 83,41%.

Sedangkan dari sisi harga, Ali bilang dampak pandemi virus corona ini akan membawa industri properti pada satu titik keseimbangan baru yang lebih reasonable dan realistic. Tapi, ia tak memaparkan terkait potensi kenaikan harga properti untuk segmen properti residensial.

Berdasarkan survei harga properti residensial Bank Indonesia mengindikasikan berlanjutnya perlambatan kenaikan harga properti residensial di pasar primer. Hal tersebut tercermin dari kenaikan indeks harga properti residensial (IHPR) triwulan II-2020 sebesar 1,59% (yoy), lebih rendah dibandingkan 1,68% (yoy) pada triwulan sebelumnya.

Baca Juga: Analis memprediksi Summarecon Agung (SMRA) bisa merealisasikan target marketing sales

Perkembangan ini disebabkan oleh kenaikan harga pada properti residensial tipe kecil. Perlambatan IHPR diprakirakan akan berlanjut pada triwulan III-2020 dengan pertumbuhan sebesar 1,19% (yoy).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×